Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Kuwait telah memberikan bantuan miliaran dolar untuk Mesir sejak digulingkannya presiden dari Ikhwanul Muslimin, untuk menyelamatkan ekonomi Mesir yang morat-marit sejak tanggal 25 Januari 2011, saat dimulainya revolusi, sebagai upaya untuk kembali menstabilkan negara, Deutsche Welle (Suara Jerman) melaporkan.
Artikel koran Deutsche Welle melaporkan bahwa $ 20 miliar sudah disetujui, bersama dengan penambahan lagi sebesar $ 2 milyar pada bulan Mei; namun sejumlah besar bantuan ini tidak akan cukup untuk membangkitkan perekonomian Mesir.
Inilah alasan Raja Saudi Abdullah untuk menyerukan konferensi donor bagi Mesir, Deutsche Welle mengatakan, dimana seruan ini diarahkan terutama kepada Negara-negara Teluk, terutama Kuwait dan Uni Emirat Arab, yang telah bergabung dengan Arab Saudi dalam menyumbang bantuan bernilai miliaran dolar.
Surat kabar itu mengatakan Presiden Mesir terpilih Abdel Fatah Al-Sisi sangat membutuhkan bantuan seperti itu terutama karena Mesir berada di ambang kehancuran total ekonomi. Defisit aggaran, menurut Badan Perdagangan dan Investasi Jerman, sebuah
badan pembangunan ekonomi Jerman, adalah 12,5 persen dari produk domestik bruto. Utang nasional berada di bawah 82 persen, pengangguran 13 persen, dan tingkat inflasi 11 persen.
Penyiar Jerman melaporkan bahwa negara-negara Teluk menyuntikkan investasi ke Mesir atas keyakinan bahwa munculnya Al-Sisi akan mempertahankan ketenangan dan stabilitas di kawasan Teluk dan menghilangkan meningkatnya pengaruh Ikhwanul Muslimin, yang merupakan ancaman terbesar terhadap para penguasa Teluk.
Steven Roll, seorang pakar Timur Tengah di Jerman Institute for International dan Security, mengatakan kepada Deutsche Welle: “Tanpa dermawan bantuan keuangan dari Uni Emirat Arab, Saudi Saudi dan Kuwait, Mesir sudah bangkrut. Mengingat anggaran
dan situasi keuangan Mesir yang genting, bahkan bantuan milyaran dollar dari beberapa negara Teluk itu tidak akan cukup untuk menstabilkan ekonomi. ” (middleeastmonitor.com, 6/6/2014)