Graha Bintang Bergemuruh, Peserta Sepakat Menyuarakan Khilafah Sebagai Pengganti Demokrasi dan Sistem Ekonomi Liberal
HTI Press. Lampung. Lebih dari 1800 peserta memadati Graha Bintang dalam Konferensi Islam dan Peradaban. Meski harus duduk di sisi tangga jalan atau di sela-sela kursi, peserta ibu-ibu tetap antusias mengikuti sesi demi sesi agenda konferensi. Konferensi yang juga dilaksanakan oleh 70 kota lain ini mengusung tema “Saatnya Khilafah Menggantikan Demokrasi dan Sistem Ekonomi Liberal”.
Atas izin Allah, Lampung menjadi saksi perjuangan penegakan hukum Allah di bumi milik Allah. Masyarakat Lampung dari berbagai kabupaten telah hadir di Graha Bintang Universitas Malahayati. Meski lelah, rombongan peserta dari Tanjung Bintang, Metro, Liwa Bandar Jaya, Kalianda begitu bersemangat. Tanpa mengenal usia, sukacita tampak begitu kuat dari antusiasme peserta. Baik kalangan ibu rumah tangga, akademisi, dosen, tokoh, mahasiswa hingga remaja pun ingin berjuang bersama menyuarakan kepahitan hidup yang terjadi saat ini tidak lain karena demokrasi dan sistem ekonomi liberal yang diusung dalam kehidupan bermasyarakat bernegara.
Dudi Arfian selaku DPD HTI Lampung memberikan sambutan hangat. “Indonesia telah merdeka sejak 17 Agustus 1945, tetapi setiap hari kita masih merasakan penjajahan di Indonesia. Ini di sebabkan karena sistem pemerintahan Indonesia yang menerapkan Demokrasi dan sistem kapitalisme yang menjadi akar permasalahan di Indonesia. Untuk itu, HTI mengajak peserta untuk ikut dalam satu barisan memperjuangkan penegakan syariah dan khilafah.”
Ustadz Ahmad Tusi, S.TP, M.Si., pembicara pertama, memaparkan bahwa demokrasi merupakan sistem yang rusak. “Karena kita muslim, jangan pakai demokrasi. Karena kita muslim, jangan bela demokrasi. Campakkan demokrasi, ” serunya.
Pembicara kedua, Dr. H. Diding Suhandy, S.TP., M.Agr. menyampaikan materi dengan mengangkat tema “Sistem Ekonomi Liberal: Sistem Rusak, Menghasilkan Kerusakan dan Kesengsaraan”. “Ironis di Indonesia hukum Allah dicampakkan dan sekulerisme yang di pakai. Penguasa yang menjalankan Demokrasi, penguasa yang menjalankan liberalisme, dan ini yang melahirkan negara korporasi. Negara korporasi terbesar adalah Amerika Serikat, dan Indonesia adalah korban korpirasinya,” jelasnya.
Kembali peserta disuguhkan dengan dokusinema kedua. Tayangan ini memaparkan mengenai solusi untuk mengatasi permasalahan di Indonesia. Jika negeri ini ingin menjadi baik maka harus menggunakan hukum-hukum Allah. Berjuang menegakkan hukum-hukum Allah adalah pekerjaan kita semua. Dalam video tersebut dipaparkan aktivitas Hizbut Tahrir untuk menegakkan syariah dan khilafah.
Pidato politik HTI, yang disampaikan oleh Ustadz Mujiyanto dengan tema “Campakkan Demokrasi dan Sistem Ekonomi Liberal, Tegakkan Khilafah.” Beliau menuturkan bahwa demokrasi menjadi pintu masuk negara-negara kafir untuk merampok dan merusak kekayaan alam. Kalau ini terjadi akan jadi penyesalan yang terlambat. Maka kita tidak perlu ragu untuk mencampakkan demokrasi. Menetapkan hukum bukan otoritas manusia karena kejahatan yang sangat besar jika manusia yang menetapkan hukum. Dan hanya Allah yang berhak.
Sisi lain acara KIP, tersedia Kids Corner. Anak-anak tampak ceria dan menikmati permainan yang dibimbing oleh panitia.
Dokusinema terakhir menggambarkan Indonesia adalah negeri yang kaya, dan kekayaan itu berasal dari Allah. Bumi, langit, dan isi semesta ini adalah milik Allah. Diri ini milik Allah. Indonesia milik Allah. Di penghujung acara, pembacaan syair oleh ustaz Darmawan diiringi persembahan lagu nasyid oleh Izzatul Khilafah dan diakhir dengan pembacaan doa dipimpin oleh Ustaz Bustomi Al-Jawi. []