Rumah Sakit Pengobatan Cina di Yining yang juga dikenal sebagai Ghulja, sebuah kota di provinsi tradisional Uighur Turkistan Timur, Xinjiang, meminta staf dan karyawan yang beragama Islam untuk tidak berpuasa Ramadhan ini.
Larangan itu beralasan puasa akan dapat mempengaruhi semangat kerja dan kehidupan, Wordbulletin dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan, Jumat.
Media setempat, Sina Weibo juga melaporkan, dinas kesehatan di kabupaten itu telah membuat permintaan hanya tiga minggu sebelum datangnya bulan suci ummat Islam yang mewajibakan untuk berpuasa yang diperkirakan dimulai pada 28 Juni mendatang.
Staf dan karyawan Muslim itu diminta untuk menandatangani perjanjian kepatuhan dalam “buku tanggung jawab”. Pada terbitan media itu juga memuat foto-foto yang menggambarkan latar belakang etnis minoritas, anggota staf rumah sakit, perawat terutama perempuan, duduk di depan dua meja besar dengan tangan terlipat, menunggu giliran untuk menandatangani perjanjian itu.
Muslim Uighur, merupakan masyarakat etnis Turki yang telah ratusan tahun berada di daerah itu, kemungkinan akan tersinggung dengan permintaan tersebut. Mereka menyalahkan adanya pembatasan pada Uighur agama dan budaya oleh Partai Komunis Cina Han untuk meningkatnya ketegangan etnis di wilayah tersebut.
Pemerintah bersama militer Cina masih selama ini selalu mangawasi dan membatasi Muslim Uighur untuk berpuasa dan itu terjadi setiap tahun. Hal ini menjadi perlakuan paling diskriminatif bagi Muslim Uighur.
Secara perlahan, aturan larangan puasa juga memasukkan klausul larangan mengadakan diskusi keagamaan selama Ramadhan. Tidak cukup dengan aturan itu, pemerintah juga melarang setiap Muslim dewasa melakukan ibadah shalat berjamaah dan mendatangi masjid-masjid serta bergerombol.
Bahkan pada tahun lalu di beberapa desa, siswa-siswi Muslim dipaksa makan siang ketika sedang berpuasa. Alasan kesehatan menjadi dasar paksaan itu. Di tempat lain, militer menyatroni rumah-rumah Muslim dan memaksa mereka makan siang. (http://mirajnews.com, 6/6/2014 )