Seruan Penegakan Khilafah Menggelora di Bumi Serumpun Sebalai
HTI Press. Babel. Bulan Rajab menjadi bulan dengan deretan momentum sejarah penting bagi kaum muslimin. Pada bulan ini, perjalanan Isra’ Mi’raj dilakukan oleh Rasulullah SAW. Di bulan ini pula, tepatnya pada 28 Radjab 1342 H (3 Maret 1924), Khilafah sebagai perisai umat muslim selama lebih dari 13 abad diruntuhkan oleh salah seorang antek Inggris bernama Musthafa Kemal. Runtuhnya Khilafah telah memberikan sumbangsih yang buruk untuk dunia, khususnya kehidupan umat manusia.
Untuk menyeru kaum muslimin agar kembali mengingat sekaligus mengambil hikmah penting dari moment runtuhnya khilafah, Selasa 27 Mei 2014, Hizbut Tahrir Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyelenggarakan Konferensi Islam dan Peradaban 1435 H, bertempat di Hotel Santika Bangka. Acara ini merupakan rangkaian KIP yang juga diselenggarakan di 70 kota seluruh Indonesia secara bergantian yang ber langsung dari 27 Mei-1 Juni 2014.
Para peserta sejak pagi sudah mulai berdatangan ke lokasi acara, padahal registrasi baru dibuka pada pukul 08.00 WIB. Peserta berasal dari berbagai kalangan, diantaranya tokoh mubalighah, praktisi, pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, politisi dan jurnalis yang datang dari 7 Kota/Kabupaten yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Lelahnya menempuh jarak ratusan kilometer dan berjam-jam lamanya perjalanan telah sirna, tergantikan oleh satu semangat yang sama, yakni satu keinginan untuk menjadi saksi perjuangan penegakan Syari’ah dan Khilafah dari Bumi Serumpun Sebalai. Tepat pukul 09.00 WIB pada saat acara dimulai, 1000 peserta telah memadati Ballroom Hotel Santika, bangku kosong tak bersisa sehingga sebagian peserta rela untuk berdiri bahkan duduk melantai untuk mengikuti acara hingga akhir.
Tim Syair Yaumun Nashr membuka acara dan menggugah para peserta mengingat kembali perjuangan Rasulullah SAW dalam menegakkan Islam. Rangkaian pembukaan acara berjalan dengan khidmat, yang diawali dengan tilawatil qur’an oleh Ustadz Hurmain, dilanjutkan dengan sambutan DPD I HTI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Ustadz Fakhrudin Halim.
Pembahasan materi dan pemutaran dokusinema bergantian mengisi acara inti. Dokusinema pertama yang menggambarkan keterpurukan rakyat Indonesia menghantar peserta menuju materi yang pertama. Pemateri pertama, Ustadz Firman Saladin menggambarkan betapa apiknya kolaborasi para kapital dan penguasa dalam menghasilkan berbagai aturan yang menguntungkan kepentingan para pemilik modal, tanpa memperhatikan kepentingan rakyat. Materi kedua disampaikan oleh Ustadz Sofiyan Rudianto dengan tema “Sistem Ekonomi Liberal: Sistem Rusak, Menghasilkan Kerusakan dan Kesengsaraan”. Beliau kembali menggambarkan potret buram negeri Indonesia yang kaya akan SDA, namun berada dalam cengkraman imperealis asing. “Demokrasi miliknya penguasa, Kapitalisme miliknya pengusaha. Jadi Demokrasi-Kapitalisme miliknya para penguasa dan pengusaha yang saling berkerja sama”, tandas Ketua DPD I HTI Babel ini. Sehingga, realitas yang ada di Bangka Belitung saat ini pun menjadi wajar, kekayaan timah di bumi penghasil timah terbesar di Indonesia ini hanya dinikmati oleh segelintir orang. Sedangkan rakyat? Kalau masih tetap mau hidup, cari makan sendiri!
Dokusinema kedua dihadirkan, mengambarkan solusi penyakit kronis yang telah menimpa negeri ini. Sungguh tak layak jika rakyat negeri ini nampak bagaikan tikus yang mati di lumbung padi. Namun, akibat hukum Allah yang dicampakkan dalam kehidupan, justru memperkuat dugaan tersebut. Untuk memperbaiki kondisi ini, tidak ada solusi selain dengan menegakkan Khilafah yang akan menerapkan syari’ah Islam. Hal ini kembali ditegaskan oleh Ustadz Zamroni Ahmad (DPP HTI) dalam pidato politiknya. Beliau menyerukan kepada para peserta untuk menancapkan keyakinan dalam diri, bahwa Khilafah adalah janji Allah. Mengatur kehidupan manusia dengan aturan Allah adalah sebuah keniscayaan. Sebagaimana yang selanjutnya ditampilkan pada dokusinema ketiga yang berisi seruan kepada kaum muslimin di Indonesia khususnya untuk mengembalikan semua pada Allah selama masih ada kesempatan untuk menikmati semua nikmat yang Allah berikan. Karena kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi.
Gema takbir membahana. Para peserta tak beranjak dari posisinya sejak acara dimulai agar tak kehilangan moment penting yang tak kan pernah terulang lagi. Acara sudah hampir usai. Ustadz Sigit Muryanto memimpin do’a, mengajak para peserta untuk bermunajat agar Allah mengokohkan perjuangan ini dan segera mendatangkan pertolongan-Nya agar tegaknya Khilafah yang dinanti segera terwujud.
Acara ditutup dengan sahutan takbir yang menghantarkan para peserta keluar ruangan. Selepas acara, beberapa testimoni disampaikan oleh tokoh perempuan Bangka Belitung, diantaranya datang dari Ibu Homsinah, tokoh mubalighah kota Pangkalpinang. “Saya mendukung perjuangan Hizbut Tahrir meskipun belum tergabung dalam barisan Hizbut Tahrir. InsyaAllah, dengan pembinaan terhadap majelis-majelis taklim, saya akan berusaha untuk mengajak ibu-ibu untuk kembali kepada Alqur’an, kepada As-Sunnah agar harapan terindah, tegaknya Khilafah segera terwujud”, tandas beliau. Selain itu, Ibu Sinta Simuda, M. Pd. selaku dosen di perguruan tinggi Babel menyampaikan dukungannya terhadap perjuangan ini. Beliau ikut mendo’akan semoga acara ini dapat memberikan penyadaran kepada kaum muslimin akan satu tujuan yang harus diperjuangkan, yakni tergaknya Khilafah Islamiyah. []