Doa Bersama di Vatikan pada ahad (8/6), tidak akan membawa perubahan apa-apa terhadap kondisi rakyat Palestina. Seperti yang diberitakan VOA online (10/6), Presiden Israel Shimon Peres dan pemimpin Palestina Mahmoud Abbas hadir dalam acara doa bagi perdamaian di Vatikan Minggu (8/6) atas undangan Paus Fransiskus.
Presiden Israel Shimon Peres dan pemimpin Palestina Mahmoud Abbas hari Minggu (8/6) ikut bersama Paus Fransiskus di Vatikan dalam acara doa yang belum pernah terjadi sebelumnya, demi perdamaian di Timur Tengah.
Ketiga pemimpin bersama kepala gereja Orthodox Konstantinople – Bartholomew menyampaikan doa bersama kardinal, rabbi dan imam dari ketiga agama : Kristen, Yahudi dan Islam. Pertemuan selama dua jam di sebuah taman di Vatikan itu mencakup doa-doa dari Kitab Perjanjian Baru dan Lama, serta Al Qur’an yang dibaca dalam bahasa Yahudi, Arab, Inggris dan Italia.
Paus Fransiskus yang berasal dari Argentina itu kemudian menyampaikan kepada Mahmoud Abbas dan Shimon Peres bahwa “perdamaian memerlukan keberanian yang jauh lebih penting daripada perang”. Paus Fransiskus merumuskan keberanian sebagai “kesediaan untuk mengatakan ‘iya’ untuk berunding dan ‘tidak untuk perang”.
Doa bersama ini hanya upaya sia-sia bagi penyelesaian masalah Palestina. Pasalnya, akar masalah persoalan Palestina, yaitu penjajahan Israel di bumi al Quds, tidak tersentuh sama sekali. Selama penjajah Israel masih bercokol di negeri Islam Palestina, maka persoalan Palestina tidak akan pernah selesai.
Doa bersama tidak lain merupakan penyesatan politik untuk mengalihkan dari persoalan utama ini.Patut juga dipertanyakan peran Vatikan, yang hanya menyerukan doa dan perdamaian. Disisi lain, Vatikan tidak pernah menyoal penjajahan Israel di bumi Palestina.
Walhasil, satu-satunya jalan menyelesaikan persoalan Palestina adalah dengan membebaskan al Aqsha dari penjajahan Israel. Hal itu mustahil dilakukan dengan jalan perdamaian yang mensyaratkan pengakuan keberadaan penjajah Israel. Untuk membebaskan Palestina, tanggungjawab tidak bisa dibebankan hanya kepada satu kelompok.
Mengusir Israel yang didukung penuh oleh Amerika membutuhkan tentara-tentara dari negeri-negeri Islam. Untuk memobilisasi tentara ini,mustahil tanpa adanya komando yang satu. Disinilah letak penting umat Islam untuk menegakkan Khilafah. Negara adi daya yang akan menyatukan umat Islam di seluruh dunia dan memobilisasi tentera-tentara terlatih dari negeri-negeri Islam membebaskan Palestina.
Perkara ini yang terus menerus diserukan dan diperjuangkan Hizbut Tahrir. Baru-baru ini Hizbut Tahrir Palestina menyelanggarakan pawai masal di seluruh kota-kota di Palestina. Aksi yang bertemakan “Masjid Al Aqsha Menyeru Umat dan Tentara Menegakkan Khilafah dan Membebaskan Tanah yang Diberkati”, dilakukan di kota-kota Tepi Barat, Jalur Gaza dan Masjid al Aqsha. Kegiatan ini juga dilakukan Hizbut Tahrir untuk mengingatkan umat akan keruntuhan Daulah Khilafah pada bulan Rajab 93 tahun yang lalu.
Di Masjid al Aqsa , setelah sholat Jumat (23/5) di masjid al Aqsa, ribuan orang menghadiri peringatan keruntuhan daulah Khilafah pada bulan Rajab yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir. Ceramah disampaikan oleh ulama yang dihormati, menyeru umat dan tentara muslim untuk membebaskan Syam , negeri yang diberkati dan mengembalikannya ke pangkuan Khilafah.
Diiringi seruan takbir dan tahlil , para orator membicarakan tentang kejahatan Yahudi terhadap Masjid Al-Aqsha. “Apakah kalian merasa terhina tempat Isra’-nya Rasulullah dikotori Yahudi dengan najis mereka, Yahudi adalah orang yang paling memusuhi kaum Mukmini, Mereka telah menduduki Baital Maqdis (Yerusalem), mereka membakar Al-Aqsha dan mimbar Shalahuddin. Apakah rasa sakit dan kesedihan tidak membakar hati kalian dengan dibakarnya simbol kemuliaan kalian, Yahudi menyerbu Al-Aqsa untuk mendirikan ritual mereka dan untuk mengotori bumi Al-Aqsha yang diberkati dengan najis mereka, apakah dibiarkan saja Al-Aqsha dikotori dan dijadikan tempat ritual yang mengagungkan selain Allah, sedang kalian mengetahuinya? Lalu, apa yang kalian lakukan, wahai orang-orang Mukmin terbaik?,” ujar salah seorang orator. (FW)