Naveed Butt, Juru Bicara Hizbut Tahrir Pakistan Diculik Karena Suarakan Kebenaran

naveed_buttAneh, bila keberadaan Naveed Butt, yang diculik badan intelijen Pakistan (ISI), dua tahun lalu hingga sekarang ini tidak diketahui pemerintah. Parahnya, tidak satu pun pihak pemerintah menyatakan bertanggung jawab atas peristiwa penculikan yang terjadi di depan ketiga anak Naveed yang masih di bawah umur. “Ini adalah hukum rimba,” kritik Azhar Butt, kakak laki-laki Naveed.

Makanya, dengan mengusung tema Penculikan Naveed Butt: Dua Tahun Terlalu Lama, Ia harus Dibebaskan Segera, kaum Muslimin dari berbagai negara mengampanyekan pembebasan seorang aktivis Islam yang menyerukan tegaknya Islam kaffah dalam naungan khilafah tersebut. Mulai dari longmarch di jalan-jalan protokol, membuat video menuntut pembebasannya, hingga mendatangi Kedutaan Besar Pakistan di berbagai negara.

“Kalau dia ditahan, ditahan di mana? Kalau dia bersalah, bersalah atas tuduhan apa? Tidak pernah dijelaskan, tidak pernah diberi tahu,” ungkap Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto kepada Head of Chancery Kedutaan Besar Pakistan Giyand Chan, Kamis (10/4) di Kedutaan Besar Pakistan, Jakarta.

Menurut Ismail, ini sungguh keadaan yang sangat mengerikan, bagaimana seorang yang merdeka, tiba-tiba diringkus kemerdekaannya tanpa jelas alasannya. “Kami mendesak, agar Anda menyampaikan kepada pemerintah untuk segera mencari tahu keberadaan Naveed Butt dan segera melepaskannya. Sehingga bisa kembali ke keluarganya,” ungkap Ismail seraya menyerahkan tuntutannya secara tertulis.

Tempuh Jalur Hukum

Jalur hukum juga sudah ditempuh namun hingga saat ini, belum ada hasil yang signifikan. Hal itu diungkapkan advokat Naveed Saadia Rahat ketika menggelar konferensi pers menuntut pembebasan suaminya, Ahad (11/5) di Islamabad Press Club. “Dua tahun, terlalu lama! Dia harus segera dibebaskan,” tegas Sadia.

Keluarga mendesak pemerintah segera membebaskan Naveed, karena lelaki yang diculik pada 11 Mei 2012 tersebut tidak melakukan kejahatan apapun atau juga dicari karena kasus pidana.

“Tetapi dia adalah seorang insinyur terhormat dan sangat berkualitas, yang berjuang membebaskan Pakistan dan rakyatnya dari belenggu hegemoni Amerika dan memberikan mereka kesempatan untuk hidup di bawah naungan Islam, sehingga dia harus segera dibebaskan,” tegasnya.

Sejak penculikannya, keluarga belum diberi kesempatan untuk bertemu dengannya dan sering anak-anaknya, yang menyaksikan penculikan itu, tiba-tiba terjaga, menangis di tengah malam dan bertanya kapan ayah mereka akan datang kembali.

Sadia menjelaskan pula mengenai proses peradilan yang terlalu lama sejak penculikannya yang terkatung-katung hingga sekarang dan Naveed pun tidak pernah dihadirkan dalam pengadilan.

Padahal pada sidang pertama usai penculikan, Hakim Ketua Pengadilan Tinggi Islamabad mengeluarkan pemberitahuan kepada responden termasuk Direktur Jenderal (Dirjen) Inter – Services Intelligence (ISI) dan Dirjen Intelijen Militer (MI) dan memerintahkan mereka untuk menghadirkan Naveed Butt pada sidang berikutnya.

Dalam FIR 12/566 terdaftar di Liaqatabad, disebutkan kantor polisi Lahore yang termasuk Dirjen ISI dan DG MI sebagai tergugat. “Pengakuan dari Dirjen ISI dan MI sebagai tergugat di pengadilan sipil adalah yang pertama dalam sejarah hukum Pakistan,” ungkapnya.

Tapi setelah beberapa kali sidang Pengadilan Tinggi Islamabad tiba-tiba menolak untuk mendengarkan karena peristiwa terjadi di Lahore. Maka pada sejak Juni 2013, kasus pun dilimpahkan ke Pengadilan Tinggi Lahore, tapi sejauh ini tidak ada kemajuan yang signifikan.

Kronologi Penculikan

Jumat (11/5) pukul 12.30 Naveed sedang menjemput anak pertamanya Musaab (saat itu 10 tahun) dan anak keduanya Yahya (saat itu 9 tahun) dari sekolah pulang ke rumah. Sebelum sampai pintu gerbang rumah, delapan sampai sepuluh orang pegawai dinas rahasia menyergapnya dan memasukkannya ke mobil van Suzuki, mobil yang biasa digunakan oleh dinas intelijen Pakistan, ISI. “Kejadian itu terjadi di depan saksi-saksi mata tetangga kami,” ungkap istri Naveed Saadia.

Menurut Saadia, saksi mata mengatakan bahwa salah satu mobil intelijen memotong jalan mobil Naveed dan dari mobil itu keluar delapan sampai sepuluh orang yang memakai seragam hitam-hitam bertuliskan “Keamanan -Security-”. Mereka didampingi oleh petugas resmi intelijen berpakaian seragam resmi Shalwaar Kameez warna putih polos.

“Kejadian itu membuat anak-anak saya ketakutan dan lari ke rumah sambil menangis.  Anak-anak kami ada empat orang yang paling besar (saat itu) umur 10 tahun dan yang bungsu (saat itu) berumur dua tahun,” ungkap Saadia.

Menurut Yahya, para penculik sudah membuntuti sejak mereka keluar gerbang sekolah. “Ketika kami masuk ke jalan, kami melihat sebuah mobil membuntuti kami. Dan tiba-tiba, ada banyak mobil yang mengepung kami dari segala arah,” ungkapnya.

Rupanya, mobil-mobil tersebut digunakan untuk mengepung agar mobil Naveed terkunci. Belasan penculik pun turun sambil membawa senjata api berlaras panjang. “Dia dikepung oleh sekitar 15-16 orang yang membawa senapan Kalashnikov (AK 47) dan memakai kaus hitam,” ungkap kakak Naveed menceritakan kesaksian saksi mata yang lain.

Di tempat terpisah, aktivis Hizbut Tahrir Pakistan Habibullah Saleem juga diculik.

Empat hari kemudian, Saadia menulis surat terbuka yang menuntut rezim penculik membebaskan suaminya dan juga Habibullah Saleem. “Wahai Kayani, Gillani dan Zardari! Lepaskan Habibullah Saleem dan suami saya segera!” tulisnya, seperti dikutip HTI Press dari rilis Kantor Media Hizbut Tahrir Wilayah Pakistan tertanggal 15 Mei 2012.

Saadia menuding Kepala staf angkatan bersenjata Pakistan saat itu Jenderal Ashfaq Pavez Kayani, Presiden Pakistan saat itu Asif Ali Zardari dan Perdana Menteri Pakistan saat itu Yusuf Reza Gillani sebagai otak penculikan Naveed Butt dan seorang aktivis HT Pakistan Habibullah Saleem.

“Mereka telah berusaha menculik suami saya pada sejumlah kesempatan, dia pernah dikepung oleh aparat polisi yang mencoba menculiknya,” ungkapnya.

Ancaman itu terjadi di negeri Islam oleh dinas yang menyebut dirinya sendiri islami, yang seharusnya peran dan tugasnya adalah melindungi kaum Muslim dari musuh-musuh Islam dan kaum Muslim.

Menurut Saadia, satu-satunya “kejahatan” orang-orang Muslim itu adalah bahwa mereka angkat suara demi Islam dan menyebarkan dakwah yang menjadikan kalimat Allah menjadi yang tertinggi di atas muka bumi ini dan dikarenakan mereka berjuang supaya Islam menjadi yang dominan atas seluruh dunia.[] joko prasetyo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*