Demokrasi Biang Penguasa Boneka

yahya abdurrahman

Yahya Abdurrahman, Ketua Lajnah Siyasiyah DPP HTI

Demokrasi adalah salah satu jalan untuk lahirnya pemimpin boneka asing. Karena untuk terpilih menjadi presiden dalam sistem demokrasi itu kan perlu modal besar untuk mendongkrak ketenaran agar dapat dipilih rakyat. Nah, yang bisa mendukung ke arah itu, bisa memberi modal atau pencitraan orang kan salah satunya adalah melalui modal dan pencitraan dari asing. Pendidikan dari asing, menjadi kader dan berkarier dengan asing.

Itu yang pertama. Yang kedua, proses menjadikan seseorang jadi boneka itu kan panjang, tidak serta merta jadi. Awalnya, bisa ditokohkan dari pemberian beasiswa, ditokohkan, diberi kedudukan, dimunculkan lewat media segala macam sehingga jadi terkenal.

Maka demokrasi itu membuka pintu lebar untuk munculnya penguasa-penguasa boneka. Yang jelas dalam demokrasi, di antaranya mereka adalah boneka pemilik modal atau mengabdi pada pemilik modal.

Memang yang paling utama penguasa itu akan menjadi boneka asing atau tidak kan adalah apakah negara tersebut atau penguasa tersebut punya ideologi yang diusung sendiri atau tidak.

Artinya, kalau negara itu bukan negara ideologi tertentu pasti dia akan menerapkan ideologi lain atau membebek pemimpin ideologi lain tersebut. Makanya, negeri-negeri Islam saat ini menjadi boneka asing karena mereka tidak mengusung ideologi Islam meskipun agama mereka Islam.

Indonesia contohnya lah, kan yang diterapkan malah demokrasi. Kalau dibilang para penguasanya boneka kan langsung mengatakan tidak, tetapi kalau dilihat karena menerapkan ideologi demokrasi, siapa lagi yang akan dicontoh. Kan pasti pemimpin ideologi itu.

Kedua, selain tidak mempunyai ideologi sendiri, Arab Saudi kan bisa kita telusuri sejarah terbentuknya negara itu atau naiknya penguasa di negara itu. Saudi, sejak awal kan bisa berontak ke khilafah dan membentuk kerajaan Arab Saudi karena ada kerja sama dengan Inggris. Jadi sejak awal itu, settingnya memang boneka, atau bagian atau setidaknya dipengaruhi oleh Inggris.

Ketiga, ketiadaan kepentingan nasional dan kemandirian kekuatan pertahanan keamanan. Maka  selama faktor itu tidak ada, hampir bisa dipastikan penguasa-penguasanya akan terus menjadi boneka atau yang dikendalikan oleh asing.(mediaumat.com, 24/5/2014)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*