Demokrasi Halangi Pengamalan Takwa

HTI Press. Meskipun sudah berpuasa selama Ramadhan, namun menurut KH Hafidz Abdurrahman, hikmah puasa (yakni la’allakum tattaquun, agar kalian bertakwa) tidak akan tercapai bila masih mengamalkan demokrasi. “Maka tidak mungkin itu bisa dilakukan jika masih mengamalkan demokrasi!” tegas Ketua Lajnah Tsaqafiyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia tersebut di depan sekitar 2.000 peserta Tarhib Ramadhan, Jum’at (27/6) di depan patung kuda silang Monas, Jakarta.

Menurut Hafidz pengamalan demokrasi setidaknya menghalangi salah satu dari syarat ketakwaan yaitu mengamalkan hukum-hukum Alquran dan Hadits, Ijma Shahabat dan Qiyas. “Jadi tidak bisa dikatakan takwa bila tidak mau menjalankan syariat Islam,” pekiknya.

Maka, tidak ada pilihan lain bagi kaum Muslimin kecuali membaca, memahami dan menjalankan perintah dalam Alquran. “Apakah mungkin itu bisa dijalankan bila untuk menerapkannya memerlukan persetujuan mayoritas parlemen?” tanyanya retorik.

Ia menegaskan bahwa mekanisme penerapan hukum Allah dalam level negara adalah dengan langsung menerapkannya tanpa perlu persetujuan mayoritas anggota DPR. “Apakah hukum Allah mau diterapkan di muka bumi ini harus izin manusia? Tidak!!! Karena bumi Indonesia milik Allah, Malaysia milik Allah, Singapura dan lainnya adalah milik Allah!” tegasnya.

Sebelum duduk lesehan mendengar tausiah menyambut bulan Ramadhan 1435 H tersebut, massa yang berdatangan dari berbagai kecamatan di Jakarta dan Depok berkumpul di silang Monas depan Istana Presiden. Lalu berjalan kaki ke silang Monas depan patung kuda sambil mengusung spanduk Indonesia Milik Allah, Ramadhan bulan Ibadah, Terapkan Syariah dan Khilafah bahkan ada juga baligo besar yang memuat bagan Struktur Daulah Khilafah Islamiyah.[] Joko Prasetyo

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*