Haruskah Cina Takut Terhadap Revolusi Islam?

rezim cina represif terhadap muslim uighurAnda dapat menelusuri sejarah keberadaan kaum Muslim Uighur di wilayah Xinjiang hingga abad kedelapan. Kebanyakan bangsa-bangsa Asia Tengah, pengalamannya dibentuk melalui jalan perang dan invasi. Sekarang, setelah lebih dari setengah abad, setelah Xinjiang menjadi bagian resmi dari Cina Raya, kaum Muslim Uighur masih ada. Jumlahnya kurang dari 50 persen dari keseluruhan jumlah penduduk Xinjiang. Mereka diperlakukan seperti orang asing. Mereka diselimuti ancaman dan tekanan.

Cina menerapkan kebijakan keagamaan yang ketat di seluruh negeri, tidak terkecuali terhadap Islam. Misalnya, Cina melarang anak-anak di bawah usia 18 tahun untuk mengekspresikan agama mereka. Menurut Greg Fay, seorang manajer proyek dalam The Uyghur Human rights Project (UHRP), undang-undang ini diterapkan kurang ketat di daerah lain, tetapi dikenakan dengan tangan besi terhadap kaum Muslim Uighur di Xinjiang.

Meskipun Islam di Cina mengalami kebangkitan yang kuat dalam beberapa tahun terakhir, Muslim Uighur menghadapi tindakan represif yang meningkat. Penangkapan sejumlah besar rakyat karena kegiatan keagamaan pada internet di Xinjiang terjadi lebih besar dari sebelumnya, seperti penangkapan karena mengikuti kajian keagamaan online, atau mencari dalil-dalil agama.

Fay menunjukkan bahwa “politik di Xinjiang telah menjadi semakin lebih ketat”. Akibatnya, kaum Muslim Uighur mengeluhkan penganiayaan berbau agama, budaya dan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Cina, yang didominasi oleh suku Han di Beijing; juga seperti yang dilakukan oleh kebanyakan penduduk Tibet yang berjuang untuk mempertahankan budaya mereka. Dengan dalih mencegah penyebaran ekstremisme Islam, Cina telah membatasi kemampuan kaum Muslim Uighur untuk melakukan perjalanan, termasuk pergi haji.

Upaya pemerintah Cina untuk memberantas kekerasan berbau Islam sudah dimulai sejak tahun 1998 dalam serangan “memukul dengan tangan besi”. Meskipun serangan ini adalah untuk seluruh negeri, di Xinjiang hanya terfokus pada penduduk kaum Muslim Uighur. Langkah-langkah keamanan ini masih mengarah pada penangkapan ratusan warga Muslim Uighur setiap tahunnya.

Pada periode setelah peristiwa 9/11 Beijing mengambil keuntungan dari budaya global yang didasarkan pada ketakutan terhadap kaum Muslim. Selanjutnya Cina menyebut Gerakan Islam Turkistan Timur, The East Turkestan Islamic Movement (ETIM), sebagai kelompok teroris Uighur. Padahal beberapa ahli meragukan keberadaan mereka sebagai organisasi teroris.

Pada bulan Agustus 2002, selama periode peningkatan kerjasama antara Amerika Serikat dan Cina, Departemen Luar Negeri AS memasukkan Gerakan Islam Turkistan Timur, The East Turkestan Islamic Movement (ETIM), yang keberadaannya hampir tidak dikenal ini ke dalam daftar kelompok teroris. Tidak lama kemudian keputusan ini dihapus, mungkin karena kurangnya bukti (Sumber: majalah ad-diplomat).

Seberapapun kuatnya upaya pemerintah Cina untuk menekan kaum Muslim Xinjiang, sekali-kali Cina tidak akan pernah mampu memadamkan cahaya Islam. Allah SWT berfirman: Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipudaya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya.(TQS Ash-Shaf [61] : 8). [Kantor Berita HT, 30/6/2014].

One comment

  1. Islam sudah saat bangun dari tidurnya dan bangkit untuk melakukan revolusi islam agar umat tidak terkotak – kotak seperti saat ini yang saat ini dirasuki dengan paham liberalisme

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*