Siapa Akan Menolong Perempuan dan Anak-Anak Palestina Dari Pembantaian Tentara Israel?

Oleh: Arini (Lajnah Tsaqafiyah MHTI)

Perempuan dan anak-anak Palestina menjadi sasaran pembantaian Israel. Dalam serangan brutal di Jalur Gaza, yang telah dimulai Selasa 8 Juli lalu, delapan wanita dan 11 orang anak tewas, termasuk seorang bayi berusia 18 bulan dan seorang wanita 80 tahun. Sedangkan dalam sebuah serangan udara pada Rabu, dua orang anak dan ibu mereka termasuk di antara lima orang tewas ketika pasukan Israel menyasar rumah mereka (Kompas.com, 10/07/2014). Total 29 warga Palestina, 17 di antaranya perempuan dan anak, terbunuh pada operasi militer Israel Rabu lalu (Merdeka.com, 10/07/2014).

Tragedi ini mengulang kembali tragedi yang sama di tahun 2012. Saat itu, sekitar 105 orang menjadi korban. Serangan kali ini memakan korban lebih banyak. Data terakhir 12 Juli 2014, korban tewas telah mencapai 127 orang (Metro TV, 12/07/2014). Tidak ada tanda-tanda Israel akan menghentikan serangan.

Kondisi Gaza kian memprihatinkan. Korban luka terus mengalir ke rumah sakit. Namun obat-obatan habis. Para ibu berurai air mata, menunggui buah hatinya yang bersimbah darah, merintih kesakitan, tanpa ada harapan kapan mendapatkan pengobatan yang layak.
PBB dan negeri-negeri Islam menyerukan gencatan senjata dan mengecam aksi Israel ini. Komisi Hak Asasi Manusia PBB bahkan mengatakan Israel dapat dinyatakan telah melanggar hukum perang karena membombardir pemukiman sipil sehingga banyak jatuh korban sipil termasuk anak-anak. Namun seperti angin lalu, kecaman dan ancaman tersebut tidak berpengaruh apapun. Bahkan perdana menteri Israel, Netanyahu, dengan arogan menegaskan tidak akan menghentikan serangan dan mengancam segera melakukan serangan darat.

Negara-negara muslim kehilangan taring di depan Israel. Upaya yang mereka bisa lakukan hanya sekedar mengirim bantuan dana, makanan dan obat-obatan. Itupun tertahan tidak bisa masuk ke Palestina karena embargo yang dilakukan Israel. Satu-satunya pintu perbatasan masuk ke Palestina adalah Rafah, yang sampai saat ini masih ditutup oleh Mesir. Maka warga Gaza seperti dimasukkan dalam kerangkeng singa, siap untuk dibantai. Siapakah yang akan menolong mereka?

Mengapa Israel Menjadikan Perempuan dan Anak sebagai Target Serangan?

Adalah bohong besar kalau Israel mengatakan bahwa perempuan dan anak-anak adalah “korban sampingan” karena Hamas menempatkan persenjataan mereka di rumah-rumah dan menjadikan penduduk sipil sebagai tameng hidup. Mereka dengan sengaja membunuh para ibu dan anak-anak Palestina, atau menangkap dan menjebloskan mereka ke dalam penjara dengan masa hukuman yang tak masuk akal. Semua adalah akibat rasa takut yang luar biasa terhadap perempuan dan anak-anak Palestina.

Perempuan Palestina dan anak-anak adalah bagian tak terpisahkan dari jihad. Dalam kondisi pelayanan kesehatan yang buruk, makanan yang minim dan kondisi hidup yang serba sulit, mereka tidak lelah mencetak mujahid-mujahid baru. Perempuan Palestina, bisa melahirkan 15 anak dalam hidupnya (Majalah Hidayatullah 10/02/2013). Anak-anak itu mereka didik dan mereka tanamkan kecintaan terhadap jihad dan mati syahid. Maka anak-anak Palestina tidak pernah merasa gentar berhadapan dengan tentara Israel sekalipun hanya bersenjatakan batu.

Merekalah mujahid-mujahid muda yang kelak akan mengalahkan dan menghancurkan Israel. Bagaimana Israel tidak merasa takut, sementara generasi muda mereka sendiri tumbuh dalam ketakutan terhadap kematian? Satu-satunya cara bagi mereka untuk bertahan adalah dengan memangkas pucuk-pucuk baru generasi mujahid. Namun makar mereka tidak akan berhasil. Mati satu tumbuh seribu. Generasi mujahid baru senantiasa lahir dari rahim suci ibu-ibu Palestina.

Kewajiban Muslim Dunia

Kaum muslimin di manapun berada terikat oleh suatu persaudaraan yang kuat, bahkan lebih kuat dari ikatan darah dan keturunan. Allah Ta’ala menegaskan hal tersebut dalam firman-Nya :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara.” (QS. Al Hujurat : 10)

Rasulullah saw menggambarkan umat Islam sebagai satu tubuh, sehingga kalau ada satu bagian tubuh umat yang sakit dirasakan sebagai rasa sakit yang sama. Derita Muslim Palestina adalah derita kita. Air mata perempuan dan anak-anak Palestina adalah air mata kita juga. Sakit mereka sakit kita. Jiwa mereka, adalah bagian juga dari jiwa kita. Maka haram bagi kita menyia-nyiakan jiwa mereka.

Rasulullah saw bersabda :

“Hilangnya dunia dan seisinya masih lebih ringan di sisi Allah daripada terbunuhnya seorang muslim” (HR. At Tirmidzy).

Adalah kewajiban seluruh kaum muslimin di dunia untuk melindungi saudara-saudaranya di Palestina. Rasulullah saw telah menegaskan hal ini dengan sabdanya :

الْمُؤْمِنُ مَرْآةُ أَخِيهِ وَالْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ يَكُفُّ عَلَيْهِ ضَيْعَتَهُ وَيَحُوطُهُ مِنْ وَرَائِهِ

”Seorang Mukmin adalah cermin bagi saudaranya yang beriman; dia melindunginya dari bahaya dan membelanya di belakang punggungnya.” [HR. Bukhari].

Serangan militer Israel tidak akan bisa dihentikan hanya dengan diplomasi, donasi dan doa (3-D). Sudah terbukti berulangkali Israel menciderai kesepakatan damai dan perjanjian dengan Palestina. Allah sendiri telah menunjukkan karakter khas mereka yang suka melanggar janji tersebut dalam Al Qur’an sebagaimana dalam QS. Al Maidah: 13 berikut :

فَبِمَا نَقْضِهِم مِّيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً ۖ يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِ ۙ وَنَسُوا حَظًّا مِّمَّا ذُكِّرُوا بِهِ ۚ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَىٰ خَائِنَةٍ مِّنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِّنْهُمْ

“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka…”

Sungguh serangan militer Israel hanya dapat dihentikan dengan serangan militer pula. Umat Islam di seluruh negeri-negeri muslim di dunia mampu untuk melakukannya. Mereka memiliki puluhan juta tentara dengan persenjataan yang lengkap. Negeri Islam juga memiliki ratusan juta penduduk yang siap membantu para tentara membebaskan Palestina. Mereka siap melaksanakan perintah Allah SWT untuk jihad fi sabilillah sebagaimana ayat berikut :

وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَٰذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ وَلِيًّا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ نَصِيرًا

“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdo’a: “Ya Rabb kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang dzalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau dan berilah kami penolong dari sisi-Mu” (An Nisa: 75)

Namun sayangnya, sekian banyak umat Islam dunia telah terkotak-kotak oleh sekat bernama nasionalisme dan kebangsaan. Bagi mereka, Palestina adalah tanggung jawab bangsa Palestina. Tentara-tentara negeri Islam lumpuh untuk digerakkan guna membebaskannya. Selalu yang menjadi alasan harus di bawah payung PBB, baru bisa digerakkan. Padahal PBB, merupakan organisasi organ penjajah Barat yang tidak pernah membela umat Islam. Bahkan sekedar mengeluarkan resolusi mengutuk serangan Israel pun PBB tak mampu.
Sungguh memprihatinkan ketika negeri-negeri Islam ini justru melarang warganya untuk keluar membela Palestina. Bagaimana mungkin negeri-negeri seperti ini bisa diandalkan untuk menolong Palestina? Tak heran jika Israel semakin brutal terhadap Palestina, karena tak ada yang mereka takuti lagi dari sekitar 1.3 milyar kaum muslimin yang telah tercerai berai.

Hanya Khilafah yang Mampu Menjaga Kehormatan dan Melindungi Perempuan dan Anak
Yang kita butuhkan saat ini adalah satu institusi yang mampu membuat keputusan politik dengan mengirimkan tentara menyelamatkan Palestina. Tanpa dibatasi oleh kebangsaan, warna kulit, atau ras. Tanpa menunggu perintah PBB yang menjadi alat penjajah Barat. Bergerak karena disatukan oleh akidah Islam dan perintah Allah SWT untuk berjihad. Institusi tersebut adalah Khilafah Islamiyyah. Dengan Khilafah, Israel tidak akan memandang remeh umat Islam seperti sekarang.

Siapapun yang melakukan pembunuhan terhadap umat Islam—meskipun satu orang—akan berhadapan dengan negara Khilafah yang kuat. Inilah institusi yang mampu melindungi seluruh umat sekalipun hanya seorang perempuan.

Sejarah telah mencatat apa yang dilakukan oleh Khalifah al Mu’tashim ketika mendengar seruan minta tolong dari seorang Muslimah yang dinodai kehormatannya oleh tentara Romawi. Al-Qalqasyandi, dalam kitabnya, Ma’atsiru al-Inafah, menjelaskan salah satu sebab penaklukan kota Ammuriyah pada 17 Ramadhan 223 H. Diceritakan, penguasa ‘Amuriyah, salah seorang Raja Romawi, telah menawan wanita mulia keturunan Fathimah -Radhiyallahu ‘anha. Wanita itu disiksa, lalu berteriak, “Wahai Mu’tashim!” Raja Romawi pun berkata kepadanya, “Tidak akan ada yang membebaskanmu, kecuali menaiki bebarapa balaq (kuda yang mempunyai warna hitam-putih).”

Jeritan itu pun sampai kepada Khalifah al-Mu’tashim. Lalu dia mengomando pasukannya untuk mengendarai kuda balaq. Dia pun keluar, memimpin di depan pasukannya, dengan 4.000 balaq, tiba di Amuriyah dan menaklukkannya. Dia membebaskan wanita mulia tersebut, dan berkata, “Jadilah saksi untukku di depan kakekmu (Nabi Muhammad SAW), bahwa aku telah datang untuk membebaskanmu dengan memimpin pasukanku, yang terdiri dari 4.000 balaq.” Dengan tentara itu, kota Amuriyah ditaklukkan, kehormatan seorang Muslimah dibela, ribuan tentara Romawi dibunuh dan ditawan.

Begitupun yang terjadi pada kasus di masa Khilafah Umayyah, ketika Muhammad bin Qasim dikirimi sejumlah besar pasukan oleh wali Al-Hajjaj Ibnu Yusuf Al-Thaqafi untuk membela beberapa Muslimah dan anak-anak Muslim yang diserang kalangan Sindh.

Saat ini, perempuan dan anak-anak di Palestina menjerit meminta tolong kepada kaum muslimin. Kita mendengar teriakan mereka, dengan jelas, melalui radio, televisi, koran maupun internet. Tapi kita tidak datang untuk mereka. Bagaimana nanti kita harus bertanggung jawab saat ditanya Allah tentang terbunuhnya ratusan jiwa muslim Palestina?
Tak ada jalan lain bagi kita sekarang kecuali menggencarkan perjuangan untuk menegakkan kembali institusi Khilafah Islamiyyah yang akan menggerakkan pasukan untuk menghadapi Israel dan menghancurkannya. Dengannya kehormatan perempuan muslim terjaga, dan kelangsungan generasi diwujudkan dalam meraih predikat umat terbaik di sepanjang masa.