“ Tegaknya Khilafah; Satu-satunya Jalan Selamatkan Anak-anak dan Muslimah Gaza”
Jalur Gaza kembali memanas enam hari belakangan karena serangan Israel secara bertubi-tubi. Keganasan pasukan Zionis ini telah menempatkan anak-anak dan perempuan sebagai korban dan memberikan imbas yang mendalam. Bagaimana semestinya melihat tragedi berulang ini dan apa yang bisa diharapkan menjadi solusi hakiki? Berikut wawancara dengan Iffah Ainur Rochmah, Juru Bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia.
T: Apa komentar terhadap serangan Israel ke jalur Gaza beberapa hari ini?
IAR: Seluruh dunia mengutuk serangan biadab ini! Bagaimana tidak, serangan udara dilancarkan Israel menyasar berbagai titik pemukiman. Ratusan orang terluka, dalam beberapa hari saja sudah ada 135 korban jiwa warga sipil termasuk anak-anak dan perempuan Bahkan tragedi ini bukan terjadi sekali dua kali, tapi terus berulang sejak munculnya negara ilegal Yahudi Israel di tanah palestina tahun 1948. Jelas, harus ada pemikiran serius untuk menghentikan kebiadaban mereka! Apalagi Gaza yang merupakan jalur sengketa, seolah menjadi indikator dan pengingat bahwa Israel masih kuat dan akan terus menunjukkan sikap brutalnya terhadap Palestina.
T: Sejauhmana respon dunia internasional, khususnya PBB dan dunia Arab?
IAR: Bila kembali ke norma internasional yang saat ini berlaku, tindakan Israel ini jelas melanggar kesepakatan Jenewa nomor 53 dan 147 soal larangan keras membunuh warga sipil dan anak-anak dalam perang. Semestinya Israel mendapat sanksi! Tapi apa artinya kesepakatan Jenewa itu bila menyangkut Israel? Dunia internasional bersikap sama. Lemah dan mandul dalam melahirkan solusi atas pembunuhan bahkan genoside terhadap Palestina khususnya Gaza. Coba kita lihat, PBB hanya mengecam tanpa menggerakkan pasukan. Dewan Keamanan PBB menyerukan pemberlakuan kembali gencatan senjata dan semua ketentuannya sebagaimana dirumuskan tahun 2012. Dunia Arab juga sibuk berunding merumuskan bantuan apa yang bisa diberikan. Mesir sebagai tetangga dan saudara terdekat Palestina juga berkhianat, merampas roket yang diselundupkan HAMAS karena dianggap sebagai pemicu kemarahan Israel. Karenanya Israel semakin pongah. Terlebih karena secara terbuka Amerika Serikat, Inggris dan Kanada membenarkan serangan tersebut. Mereka semua tak bisa diharapkan melindungi dan menyelamatkan anak-anak dan saudara kita di sana. Lalu kemana kita berharap?
T: Semua kalangan -muslim dan non muslim- sedang serius menggalang dukungan untuk Gaza, Pray for Gaza. Menggencarkan doa bagi perdamaian kedua belah pihak. Mengumpulkan dana dan logistik, juga obat-obatan dan tenaga medis. Apalagi yang dibutuhkan?
IAR: Pertanyaannya, apakah kebiadaban Israel berhenti dengan semua itu? Apakah anak-anak dan saudara perempuan kita di sana akan bebas dari ancaman kehilangan nyawa dan terenggut kehormatannya dan tidak lagi kehilangan ayah dan suami dengan bantuan tersebut?
Benar, saudara-saudara kita di sana memang membutuhkan dana, logistik, obat dan bantuan tenaga medis. Juga, benar do’a adalah silaahul muslim senjatanya setiap muslim untuk menghadapi bahaya di hadapannya. Namun selain perintah berdo’a, syariat Islam juga mengajarkan melakukan ikhtiar fisik untuk menghadapi bahaya fisik. Israel adalah entitas yang memiliki kekuatan militer besar dengan kebijakan utama menghapus Palestina dari peta dunia. Caranya dengan mencaplok wilayah dan melenyapkan penduduk Palestina. Israel berdalih membalas serangan roket Hamas untuk kali ini. Sebenarnya, mereka selalu mengobarkan nafsu untuk menghabisi siapa pun penduduk Palestina, dengan atau pun tanpa alasan. Bahkan kaum perempuan Israel pun sangat bangga melihat tentaranya bisa membantai anak-anak dan perempuan Palestina. Mereka menikmati tayangan serangan udara Israel tersebut seperti menonton film action kesayangan mereka. Serangan Israel harus dihadapi dengan kekuatan fisik pula. Dengan jihad fi sabilillah. Bila saudara kita di sana tidak mampu maka harus dikirim bantuan pasukan dan persenjataan dari berbagai negeri muslim, utamanya dari dunia Arab yang wilayahnya terdekat. Itulah tuntunan syariat.
Dengan kata lain, bila selama ini kita diajak menolong korban kebiadaban Israel –termasuk anak-anak dan kaum perempuan-sudah cukupkah itu? Sementara tidak ada action kongkrit untuk menghentikan langkah pelaku kejahatan (Israel) untuk membuat kejahatan lainnya. Semestinya ada tindakan tegas dan memadai untuk menghentikan kekejian Israel. Yaitu dengan jihad fi sabilillah, memobilisir pasukan kaum muslim dan senjatanya.
T: Bukankah dengan pengiriman pasukan dan pasokan senjata tersebut makin memperuncing konflik, bukan mewujudkan perdamaian?
IAR: Apakah perdamaian itu solusi, sementara Yahudi Israel tetap bercokol menduduki lebih dari ¾ tanah Palestina yang telah dicaploknya. Setiap saat bisa membombardir pemukiman dan masjid dengan bom cluster, senjata kimia, melecehkan dan memperkosa kaum perempuan juga melarang penduduk shalat di masjid suci al Aqsha?. Tidak pernah ada kebebasan, kemerdekaan dan kedamaian bagi rakyat palestina selama Israel belum diusir dari tanah Palestina!. Oleh sebab itu, jangan lagi ada muslim yang terkecoh dengan opini menyesatkan seperti solusi damai, pengakuan kedaulatan dsb. Kita juga perlu kritis terhadap aktifis HAM dan pembela hak anak yang lantang menghimbau perdamaian. Kalau serius memperhatikan hak anak, kenapa tidak menggiring Israel ke Mahkamah Internasional sebagai penjahat perang? Terbukti sikap mereka malah memberi kesempatan lebih besar bagi Israel untuk mencaplok dan membantai lebih banyak lagi Palestina dan penduduknya. Seruan perdamaian juga mengkhianati pengorbanan saudara-saudara kita di Palestina yang memahami betul bahwa solusi masalahnya adalah menghilangkan entitas Yahudi dari wilayah Palestina.
T: Bukankah Israel memang menyatakan bahwa sebagian wilayah Palestina adalah tanah suci mereka? Jadi akar sejarah inikah yang menjadi sumber persoalan?
IAR: memang klaim historis tentang tanah yang dijanjikan adalah salah satu alasan mereka. Sementara seorang muslim semestinya mengerti sejarah panjang Palestina yang dibebaskan kaum muslim sebagai tanah kharajiyah milik seluruh umat. Alasan yang lebih mendasar adalah soal akidah. Yahudi Israel memerangi Palestina karena kedengkian yang lahir dari akidah Yahudinya. Jadi ini bukan soal penentuan batas wilayah semata, tapi soal pembelaan terhadap Islam dan kehormatan muslim. Problem lain yang mengokohkan kedudukan Israel adalah kepentingan penjajah Barat –Inggris dan AS- untuk mengontrol kawasan. Israel sengaja dibiarkan agar menjadi kanker di tubuh umat Islam, agar selalu muncul ketidakstabilan dan konflik, agar dana dan energi umat terkuras. Dengannya Barat leluasa mengintervensi kawasan timur tengah dan merampok kekayaan minyaknya.
T: Mengapa masalahnya sulit diselesaikan dan negeri-negeri muslim berbeda pandangan tentang penyelesaiannya?
IAR: Nasionalisme, ide sesat inilah yang menghalangi bantuan penyelesaian Palestina. Banyak muslim menganggap kasus Gaza seolah sebuah peristiwa bencana yang menimpa sesama muslim di tempat yang jauh. Ketika media santer memberitakan maka berbondong memberi bantuan, setelah beberapa waktu hilanglah perhatian dan dukungan untuk Palestina. Bahkan sebuah media internasional menyebut saat ini dunia Arab meninggalkan Hamas sendirian di medan perang. Nasionalisme juga menghalangi kita memberikan hak saudara kita muslimah di sana. Kita di sini tidak merasakan apa yang dirasakan kaum ibu di Palestina. Kita juga tidak menganggap anak-anak Gaza sebagai anak kita dst. Kita tidak bisa berbuat apa-apa ketika genoside terjadi pada mereka. Tidak ada lagi ukhuwah Islamiyah.
T: Dengan masalah sekompleks itu, apa yang bisa menjadi solusi tuntasnya terutama untuk melindungi generasi dan kehormatan muslimahnya?
IAR: Tidak ada solusi lain kecuali dengan adanya perisai pelindung hakiki bagi umat Islam. Hadits rasul SAW “sesungguhnya imam (khalifah) ibarat perisai dimana umat berperang di belakangnya dan berlindung dengannya”. Palestina dan seluruh umat membutuhkan hadirnya kembali khalifah sebagaimana khalifah Mu’tashim yang telah mengirim sepasukan besar tentara muslim demi menjaga kehormatan satu orang muslimah. Jeritan kaum ibu Palestina tidak akan disia-siakan oleh khalifah. Jihad akan segera dikobarkan untuk mengusir entitas Yahudi dari tanah Palestina dan tidak ada lagi pelecehan apalagi pembantaian terhadap anak-anak umat. Tumpahnya darah seorang muslim adalah bencana besar melebihi hancurnya bumi dan seisinya.
Khalifah dengan negara khilafah juga akan menghapus sekat-sekat negara bangsa, menghilangkan nasionalisme hingga kekuatan 1,6 milyar kaum muslim bisa menyatu, saling menolong atas dasar ukhuwah islamiyah. Jadi solusi tuntas menolong anak-anak dan muslimah adalah dengan kembalinya Khilafah. Karenanya mari bersegera berjuang menegakkan kembali tegaknya khilafah Islamiyah.