HTI Press, Bandung. Para Capres tebarkan berbagai janji untuk menyejahterakan rakyat. Namun hal tersebut menjadi paradoks ketika mereka malah berkomitmen akan tetap mempertahankan Sistem Politik Demokrasi dan Sistem Ekonomi Kapitalis-Liberal yang memberi celah bagi penguasaan kekayaan alam oleh segelintir Kapitalis. Hal tersebut dinyatakan oleh Luthfi Afandi, Humas HTI Jawa Barat, yang menjadi narasumber dalam Halqah Islam dan Peradaban DPD II HTI Kabupaten Bandung di RM Kampung Sawah, Katapang, Kabupaten Bandung, pada Ahad (20/7).
Dalam acara yang dihadiri sekitar seratus orang dari kalangan Tokoh, Ulama, Politisi dan perwakilan Ormas Islam se-Kabupaten Bandung tersebut, Luthfi menegaskan realitas yang terjadi dalam Pilpres yang baru digelar.“Pilpres ini bukan menghadirkan pertarungan Islam vs bukan Islam, bukan pertarungan umat islam vs umat bukan islam. Hal yang ada adalah pertarungan politik dari dua pihak yang sama-sama tidak mendasarkan visinya islam, alias sekuler vs sekuler.”
Menurutnya, selama ini umat dibodohi oleh Para Calon pemimpin yang berlaga. Umat didorong untuk mendukung Capres tertentu atas nama Islam, padahal Capres yang berlaga berjuang bukan untuk kepentingan Islam, namun kepentingan Para Kapitalis. “Sebetulnya di belakang mereka adalah para Kapitalis Sejati. Di kubu Jokowi-JK ada Rusdi Kirana, Sofyan Wanandi, Jacob Soetoyo dan di kubu Prabowa-Hatta ada adiknya Hashim Djoyohadikusuma, Hari Tanoesodibjo dan Theo L. Sambuaga. Mereka adalah para kapitalis yang menjadi “investor” para capresnya,”ujarnya.
Karenanya, untuk melepaskan diri dari keterjajahan dan membangun kehidupan yang lebih sejahtera, umat tak boleh hanya memfokuskan diri pada perubahan individu pemimpinnya saja. Lebih dari, itu harus diperjuangkan pula perubahan sistem. Sistem Islam, yakni Khilafah, menurutnya memiliki kemampuan untuk mewujudkan perubahan dan kerahmatan tak hanya untuk Indonesia, tapi juga dunia.
Selain itu, Ia juga menegaskan, bahwa HIP diselenggarakan dengan tujuan sebagai medium pengokohan visi dan misi perjuangan para Tokoh, Ulama, Asatidz, Birokrat dan Ormas-Ormas Islam untuk kembali kepada Syariah Islam dan menegakkan Khilafah, sebagai permasalahan utamanya. Di akhir acara para peserta melakukan seremonial di lanjut dengan buka bersama dengan pembicara dalam nuansa ukhuwah islamiyyah.[]MI Kabupaten Bandung