Mencari Sosok Pemimpin yang Memuliakan dan Menyejahterakan

HTI Press. Yogyakarta. 30/06/2014. Ngabuburit istimewa diselenggarakan Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Chapter Kampus UGM pada hari kedua bulan suci Ramadhan 1435 H, di halaman Masjid Kampus UGM. Acara berjudul Kajian Umum Mingguan Spesial itu mengangkat tema “Mencari Sosok Pemimpin yang Memuliakan dan Menyejahterakan”, tema yang cukup menarik di tengah kerinduan masyarakat akan pemimpin ideal yang diidamkan.

Di awal acara ditayangkan sebuah video wawancara terhadap beberapa orang dari berbagai kalangan seperti mahasiswa, dosen, ibu rumah tangga, pedagang, dan lain-lain tentang sosok pemimpin yang mereka inginkan. Mereka menyadari betapa pentingnya keberadaan seorang pemimpin dan mereka merindukan pemimpin yang memperhatikan rakyatnya, pemimpin seperti Nabi Muhammad SAW dan Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Anisah Rahmawati S.Kep., Ns. mengawali pemaparannya dengan menegaskan tugas-tugas pemimpin dalam Islam, yaitu mengurusi persoalan rakyat, melindungi rakyat, dan menerapkan hukum Allah. Sebenarnya harapan umat Islam atas pemimpin mereka setidaknya ada tiga. Yang pertama, terpenuhinya kebutuhan hidup yaitu pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Kedua, Pemenuhan kebutuhan hidup tersebut dilakukan dengan benar sesuai aturan Allah SWT. Dan yang ketiga, adanya jaminan bagi umat untuk bisa melaksanakan syariah Islam secara kaaffah. Namun, harapan ini belum terwujud hingga saat ini.

Menurutnya kondisi kepemimpinan suatu negeri secara umum ditentukan oleh dua hal, sosok pemimpinnya dan sistem apa yang digunakan dalam kepemimpinan. “Ketika kita bicara keberhasilan kepemimpinan, kita tidak cukup hanya bicara sekedar sosok. Ada dua hal penting, sosok yang harus seperti apa, yang kedua adalah model pengelolaan atau sistem pengelolaan seperti apa yang digunakan oleh pemimpin”, jelasnya. Islam menetapkan bahwa syarat sosok seorang pemimpin ada tujuh, laki-laki, muslim, berakal, baligh, adil, mampu, dan merdeka. Sedang sistem yang diterapkan oleh pemimpin haruslah sistem Islam (syariah Islam) yang berasal dari Allah. Namun ternyata di Indonesia, kedua hal ini belum terpenuhi. Pemimpin-pemimpin negeri ini lebih mengutamakan kepentingan-kepentingannya. Selain itu, sistem atau aturan yang diterapkan di Indonesia tidak sesuai dengan syariah Islam, seperti penerapan sistem ekonomi liberal yang membuat emas yang melimpah di Papua dikuasai PT. Freeport.

Setelah pemaparan pembicara usai, ditayangkan sebuah video yang menggambarkan kegemilangan masa Khilafah di mana syariah Islam diterapkan secara kaaffah. Pendidikan dan kesehatan diberikan cuma-cuma kepada rakyat, kebutuhan dasar tercukupi, dan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat.

Anisah juga mengajak peserta diskusi untuk bersama-sama menumbuhkan kerinduan masyarakat akan pemimpin yang hanya akan menerapkan hukum-hukum Allah secara total. Sehingga akan membawa kebaikan untuk seluruh umat manusia, bukan hanya untuk muslim saja karena Islam itu rahmatan lil’alamin.pembicara menguraikan materi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*