Muslimah Palestina Di Bantai, Di Mana Peran Kita?

Semakin lama semakin nyata kebencian zionis Israel kepada ummat Islam. Kebencian yang menghilangkan rasionalitas telah menumbuhkan sikap paranoid (ketakutan yang berlebihan) dalam diri mereka. Ayelet Shaked, Seorang wanita Yahudi anggota parlemen Israel menyerukan pembantaian terhadap kaum wanita palestina. Ya, tak bisa dipungkiri lagi bahwa mereka menginginkan sebuah genosida terhadap muslim palestina. Dengan membunuhi kaum wanita, berarti memutus keturunan, karena dari rahim wanita akan lahir generasi pejuang yang akan membalas kekejian Israel.
Meski fakta genosida itu telah terang- benderang, namun para aktivis HAM dan kaum feminis tak kunjung bersuara lantang. Sebagaimana mereka semangat menyerang Islam dalam kasus Malala. Sebegitu tak berhargakah nyawa ratusan muslimah dan anak-anak di Palestina bagi mereka?
Apalagi negara gembong demokrasi, Amerika Serikat. Malah dengan membabibuta mendukung kebiadaban Israel yang merupakan teman sejatinya. Namun justru ini semakin membuka borok demokrasi dan jargon Hak Azasi Manusia yang digembar-gemborkannya. Benarlah memang, kedua faham itu bukanlah untuk membela, namun untuk menyerang Islam.
Sikap mereka tak lain dan tak bukan karena mereka menyadari sepenuhnya bahwa Islam adalah musuh ideologi mereka yang sedang tertidur pulas. Mereka mengetahui bahwa kesatuan kaum muslimin di bawah naungan Khilafah adalah keniscayaan yang akan menghancurkan ideologi kapitalisme dan demokrasi.
Seorang penasehat Lembaga Federal Amerika Serikat untuk keamanan Nasional, Mohamed Elibiary, menyatakan, “Kembalinya Khilafah adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari, maka satu-satunya pilihan kita adalah mendukun ide menjadikan Khilafah seperti Uni Eropa.”
Untuk menjaga keberlangsungan kapitalisme, mereka tidak akan membiarkan ummat Islam berkembang pesat, baik dari segi jumlah maupun kualitasnya.
Di Mana Kita?
Lalu di manakah seharusnya posisi kita, muslimah Indonesia, terkait seruan genosida tersebut? Pernyataan ini hendaklah semakin menggerakkan hati kita untuk turut berjuang. Berjuang mewujudkan institusi perisai ummat, yaitu Daulah Khilafah Islamiyyah. Dimana Allah memberikan tanggungjawab perlindungan ummat terhadapnya. Khilafah adalah sistem pemersatu ummat, dimana kita berjuang dan berlindung di belakang sang Khalifah.
“Sesungguhnya imam (Khalifah) laksana perisai; Orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya.” (HR. Muslim)
Jangankan ratusan muslimah, seekor keledai saja yang tergelincir akan menjadi pertanggungjawaban sang Khalifah di yaumul hisab. Sebagaimana perkataan Khalifah Umar bin Khaththab :
“Jika ada keledai yang tergelincir di Madinah, maka aku harus bertanggungjawab atasnya karena tidak membuatkan jalan untuknya.”
Khalifah tak akan membiarkan penodaan terhadap kehormatan kaum muslimin, apalagi hingga terjadi pembunuhan. Karena harga nyawa seorang muslim itu lebih mahal dari dunia dan seisinya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
“Sesungguhnya hilangnya dunia (dan seisinya) benar-benar lebih ringan bagi Allah daripada terbunuhnya seorang muslim.” (HR. Tirmidzi)
Peran muslimah sangatlah dibutuhkan dalam penyadaran masyarakat akan pentingnya Khilafah, apalagi jumlah muslimah di Indonesia mayoritas. Dengan menjadi ibu ideologis yang melahirkan calon pejuang Islam, serta berdakwah bersama kelompok yang konsisten menyuarakan penerapan syari’ah islam kaffah dalam bingkai khilafah. InsyaaAllah Daulah Khilafah akan segera tegak dengan ijin Allah. Wallahu a’lam bi shawwab.
Maya Ummu Adzka ( Anggota MHTI)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*