Perusahaan Listrik Negara mengatakan berkurangnya pasokan solar dari Pertamina sekitar 50% akan diatasi dengan pasokan dari tempat lain guna mengantisipasi listrik tidak padam.
Pertamina mengurangi pasokan solar sebanyak 50% kepada pembangkit listrik di seluruh Indonesia sejak 10 Agustus lalu.
Langkah ini ditempuh karena PLN belum sepenuhnya membayar solar yang telah mereka terima dari Pertamina, ungkap juru bicara Pertamina Ali Mundakir.
“Pertamina bisa saja menghentikan pasokan saat ini. Karena memang tidak ada dasar hukum kita untuk terus memasok solar kepada PLN. Karena PLN juga membeli dari pemasok lain. Dan itu sudah kita tegaskan di dalam surat kita kepada PLN. Kalau PLN memang tidak ada niat baik, maka kita persilahkan PLN untuk mencari pasokan dari sumber lain,” kata Ali Selasa (12/08) di Jakarta.
Namun dua hari sesudah pengurangan pasokan, PLN masih belum merasakan dampaknya, seperti diungkap juru bicara PLN Bambang Dwiyanto.
“Kalau dari sisi PLN, kita akan utamakan kepentingan masyarakat. Kita akan jaga supaya listrik tidak padam, pasokan bahan bakar terjaga. Kalau Pertamina ngurangin yah kita upayakan dari supplier (pemasok) lain,” kata Bambang kepada Rizki Washarti dari BBC Indonesia.
Pengamat energi Fabby Tumiwa menjelaskan, perselisihan terjadi karena PLN kerap telat membayar mengingat perusahaan itu bergantung kepada dana yang dicairkan oleh pemerintah.
“PLN kan revenue-nya (keuntungannya) utamanya dari dua sumber. Satu dari pembayaran listrik, dari pelanggan. Yang kedua dari pembayaran subsidi pemerintah kepada PLN. Pembayaran listrik dari pelanggan itu kan baru diterima PLN satu bulan sesudah listrik itu dipakai. Lalu kemudian, penerima pembayaran untuk subsidi PLN akan lebih lama,” jelas Fabby.
Dampak kepada warga
Perseteruan PLN dan Pertamina mengenai pasokan solar dicemaskan makin memperparah ketidakpastian pasokan listrik ke rumah-rumah.
Di berbagai daerah, warga sering mengalami pemadaman listrik, jauh sebelum terjadi pengurangan pasokan BBM dari Pertamina kepada PLN.
Di Medan, misalnya, pemadaman listrik sudah sering terjadi terutama dalam sepekan ini, kata warga Medan, Tetty Batubara.
“Dampaknya banyak, khususnya untuk aktivitas-aktivitas di rumah tangga. Khususnya ibu-ibu rumah tangga yah, tidak bisa melakukan aktivitas kalau di pagi hari. Kalau di malam hari, kita juga susah untuk melakukan aktivitas (selain) tidur, pastinya,” ucap Tetty Batubara.
Pertamina, PLN, Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan dijadwalkan untuk bertemu Rabu (13/08) guna membahas permasalahan ini. (bbc.co.uk, 14/8/2014)