Idul Fitri dan Kemenangan HakikI
HTI Press. Lampung, 08/08/2014. Ramadhan adalah momen untuk mencapai ketaqwaan. Ketaqwaan yang dimaksud dalam rangka menaklukkan hawa nafsu, dimana hawa nafsu cenderung kepada setan (al-Baqarah: 108). Dalam rangka mewujudkan pribadi bertakwa, pribadi yang Islam secara kaffah dan menjauhi setan. Adanya Ramadhan dapat meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah. Inilah yang disebut kemenangan hakiki.
Pembahasan tersebut menjadi pengantar dalam dialog interaktif “Halo Lampung” Radar TV Lampung Jum’at, 8 Agustus 2014. Menghadirkan Ustadzah Ade Kumalasari, S.T.P (Anggota DPD I MHTI Lampung), siaran kali ini membahas tentang “Idul Fitri dan Kemenangan Hakiki”.
Idul fitri merupakan hari kemenangan. Dikatakan menang karena kita telah menunaikan ibadah puasa selama 30 hari dan menahan hawa nafsu serta berusaha menjalankan Islam secara kaffah. Kemenangan hakiki indikasinya dapat dilihat dalam surat al-Baqarah ayat 108, dimana ketaatan sebenar-benarnya taqwa indikasinya dengan melaksanakan Islam secara kaffah. Bukan hanya dalam aspek spiritual dari individu. Jika tidak mau menerima hukum Islam yang lain seperti hukum pidana, perdata, pemerintahan, pengaturan hubungan pergaulan laki-laki dan perempuan, maka belum dapat dikatakan menang secara hakiki jika masih memilih-milih hukum.
“Kemenangan meliputi kemenangan individu dan umat Islam. Sedangkan Islam kaffah hanya dapat diwujudkan dengan berdirinya khilafah. Maka khilafah harus diperjuangkan. Orang yang berjuang menegakkan khilafah adalah orang yang menuju Islam kaffah,” jelas Ustadzah Ade.
Selama bulan Ramadhan suasana kehidupan begitu kental dengan Islam. Namun setelah Ramadhan dipastikan akan sulit merasakannya sebab kehidupan kembali pada pola sekulerisasi yang jauh dari aturan Islam. Hal ini menunjukkan bahwa umat membutuhkan sistem yang mampu menjaga kondisi Islam senantiasa kuat di dalam kehidupan.
Ustadzah Ade menambahkan, ada beberapa hal yang mampu menjaga suasana Islam di setiap individu. Seperti melaksanakan puasa Syawal, rutin berpuasa Senin Kamis, puasa pertengahan bulan dan puasa Daud. Untuk shalat Tarawih bisa dilanggengkan dengan tahajjud diiringi dengan membiasakan shodaqoh dan terus berdzikir.
“Manusia tempatnya salah dan lupa. Ini pula yang senantiasa disadari, bahwa orang yang bertakwa bukan berarti tidak pernah melakukan dosa. Orang bertakwa adalah orang yang ketika ia berdosa kemudian segera bertaubat,” ungkap Ustadzah Ade.
Allah memenuhi kebutuhan dan memberikan tuntunan serta ampunan atas setiap dosa yang makhluknya perbuat. Dapat direnungkan dan senantiasa dipikirkan tentang apa yang telah Allah berikan kepada sehingga setiap individu tetap berada pada jalan takwa. Hal ini membutuhkan kondisi yang mendukung, dengan saling menasehati di antara individu manusia, dan didukung adanya kontrol masyarakat turut membantu meningkatkan suasana keimanan.
“Beriman di akhir zaman seperti saat ini ibarat menggegam bara api. Hanya orang-orang beriman yang dapat berpegang teguh pada Islam. Hakikat puasa untuk mewujudkan pribadi yang takwa, taat pada seluruh perintah-perintah Allah secara kaffah. Maka Idul Fitri dikaitkan dengan kemenangan ialah dengan mampu melaksanakan Islam secara kaffah, dan dibutuhkan sistem yang mampu menjamin suasana keimanan (Islam). Dan sistem yang dapat menjaga suasana keimanan tersebut tiada lain adalah Khilafah Islamiah,” []