Abu Suliman Ad-Darani mengatakan: “Segala sesuatu ada tandanya, sedang tanda orang yang tidak diberi pertolongan Allah adalah orang yang tidak menangis dari rasa takut kepada Allah. Apabila Allah sudah tidak memberi pertolongan kepada seorang hamba, maka Allah cabut sifat yang diberkati ini darinya, sehingga ia menjadi orang yang hatinya keras dan air matanya beku.
Orang yang cinta (al-muhib) itu menangis karena merindukan yang dicintainya; orang yang takut (al-khāif) itu menangis karena berpisah dengannya, dan takut perpisahan dengannya; dan orang yang berharap (ar-rāji) itu menangis karena mendapatkan apa yang dimintanya. Apabila Anda mencintai Allah, maka cinta Anda pada-Nya menuntut Anda menangis karena merindukan-Nya; apabila Anda takut pada Allah, maka rasa takut Anda pada-Nya menuntut Anda menangis karena rasa takut pada-Nya dan siksa-Nya; dan apabila Anda berharap pada-Nya, maka harapan Anda pada-Nya menuntut Anda menangis karena besarnya harapan terhadap Ridha-Nya dan pahala-Nya.
Ibrahim bin al-Asy’ats berkata: Aku mendengar Fudhail berkata pada suatu malam, sementara dia membaca Surat Muhammad, sambil menangis, dan mengulang-ulang ayat ini: “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (TQS. Muhammad [47] : 31). Dia mulailah berkata: “Dan Anda menyatakan (baik buruknya) hal ihwal kami.” Dia mengulang-ulang: “Anda menyatakan (baik buruknya) hal ihwal kami. Jika Anda telah menyatakan (baik buruknya) hal ihwal kami, maka Anda membuka kejelekan-kejelakan kami, dan Anda membeberkan semua rahasia kami. Jika Anda menyatakan (baik buruknya) hal ihwal kami, maka Anda membeberkan semua rahasia kami dan menyiksa kami, sehingga dia pun menangis.”
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 25/8/2014.