Meski berdalih yang membusuk itu maksudnya bukan Tuhan, namun kecaman bagi pengusung spanduk ‘Tuhan Membusuk’ terus berdatangan termasuk dari Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto.
“Menurut saya tidak bisa dimaknai lain, selain maksud mereka adalah ya Tuhan itu yang membusuk. Karena itu, ini sangat jelas menunjukkan kegagalan pendidikan yang terjadi di sana,” ungkapnya kepada mediaumat.com sesaat sebelum mengisi talkshow, Rabu (3/9) di Gedung Juang 45, Cikini, Jakarta Pusat.
Menurutnya, yang dilakukan panitia ospek Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Surabaya merupakan kegenitan yang sudah kebablasan. Perlu dipertanyakan secara mendasar apa hasil pendidikan di kampus itu kalau melahirkan orang-orang yang seperti ini. Jadi ini tidak mencerminkan apa pun. “Intelektual tidak, kreativitas tidak, yang ada justru kekurangajaran!” tegasnya.
Bila mereka bermaksud berupaya melakukan deradikalisasi dengan menulis Tuhan Membusuk; Rekonstruksi Fundamentalisme menuju Islam Kosmompilitan, menurut Ismail, justru itu menunjukkan radikalisme dengan gaya lain.
“Jadi alih-alih dia ingin menunjukkan deradikalisasi, tetapi justru dia mempertontonkan radikalisme dalam bentuk lain. Radikalisme dalam bentuk yang ngenye, menghina, melecehkan Tuhan!” ungkapnya. (mediaumat.com, /9/2014)
Mungkin penulisan kata-kata dalam spanduk “ Tuhan Membusuk “ itu terinspirasi pendapat Nietzsche di Eropa satu setengah abad yang lalu bahwa Tuhan Sudah Mati. Pendapat itu merupakan ekspresi yang benar dan jujur dari sebuah idiology, tetapi hal yang begitu adalah pemikiran sekularisme. Kata-kata Tuhan Membusuk, memang suatu radikalisme pemikiran yang telah membuat lebih banyak kalangan yang kontra. Tetapi kata-kata itu sudah kadung beredar luas, sehingga sulit menghapusnya. Oleh karenanya sebagai penghibur diri dan untuk introspeksi, kata-kata itu diterjemahkan bahwa bukan Tuhan yang membusuk, melainkan diantara kita ini telah membusukkan keberadaan Tuhan. Terhadap mahasiswa si pembuat kata-kata itu, hendaknya berani bertanggung jawab. Jangan sampai rektornya yang minta maaf segala. Wallahu a’lam.
Yang mati dan membusuk sebenarnya adalah hati dan akal manusia yang tidak mau ta’at kepada Allah SWT. Jika manusia sadar, dan mau berfikir sejenak–coba saksikan alam yang begitu besar melebihi besarnya tubuh dan kepala penghina Tuhan itu…Bahwa bumi ini terjaga dari setiap waktu dan masa…jika Tuhan telah mati, maka Alam Dunia dan seisinya juga akan hancur. Coba fikirkan, jika alam ini hancur, berarti penghina Tuhanpun akan mati dan membusuk.Hentikan kekurangajaran kalian yang menghina Tuhan…Azab Akhirat itu lebih pedih saudara sekalian dan abadi…fikirkan itu..!!!
Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.
Sungguh kegagalan pendidikan yang sangat besar.
dan kerusakan filsafat.
Hasilnya sungguh-2 kebodohan luar biasa.