Solusi Kemaksiatan Negeri Ini
HTI Press. Surabaya, 23/08/2014. Puluhan tokoh Muslimah Jawa Timur berkumpul perbincangkan “Solusi Tuntas bagi Kemaksiatan” di Rumah Makan Pecel Bu Kus Jl. Barata Jaya XX No.110 Surabaya. Masih dalam suasana Syawal, ini merupakan serangkaian agenda Liqo’ Syawal Hizbut Tahrir Indonesia bersama umat yang kali ini diselenggarakan oleh Muslimah Hizbut Tahrir DPD I Jawa Timur. Dalam acara yang dikemas dalam bentuk semi Talk Show ini hadir para tokoh umat dari kalangan Muballighah, Intelektual, Guru, Ibu-ibu penggerak PKK, aktivis organisasi, LSM, dan lain sebagainya.
Turut hadir dalam acara ini ketua Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD I Jawa Timur ustadzah Nurul Izzati S.Kom. Dalam sambutannya beliau menyatakan “Sejatinya tujuan tertinggi Ramadhan yang seharusnya diraih oleh umat Islam adalah ketaqwaan yang hakiki”. Menurutnya, tak heran jika umat Islam berlomba meraih pahala di bulan mulia ini dengan berbagai aktivitas kebaikan. Ketaqwaan tersebut kata beliau harusnya terjaga hingga di bulan Syawal ini dan bulan-bulan berikutnya. “Namun faktanya, belum lama ramadhan berlalu, kemaksiatan pun mulai bermunculan” ujarnya. Penutupan Dolly sebelum Ramadhan lalu yang hingga kini masih menuai masalah merupakan persoalan yang butuh penyelesaian tuntas dan para tokoh memiliki peran strategis untuk memberantas segala kemaksiatan di negeri ini.
Sebelum memasuki acara diskusi, para peserta disuguhi tayangan “Dosa-dosa yang Dilegalkan” sebagai pemantik sesi diskusi. Tayangan yang menggambarkan tentang maraknya kemaksiatan di negeri ini. Salah satunya berkaitan dengan penutupan lokalisasi Dolly yang menuai berbagai penolakan dari masyarakat dengan alasan HAM dan ekonomi, namun di sisi lain adanya gang Dolly telah merusak generasi dan moral masyarakat, bahkan penularan penyakit HIV/AIDS tinggi. Pada tahun 2014 hingga akhir Mei ada 254 pengidap HIV di Surabaya, anak-anak tak ayal menjadi korban kemaksiatan, dan lain-lain. Host menggambarkan bahwa prostitusi tidak hanya di Surabaya, namun juga marak di kota-kota lain di negeri ini. Digambarkan pula berbagai kemaksiatan lainnya, seperti pelegalan miras oleh negara, penjualan aset negara kepada asing, penyebaran paham LGBT di berbagai media, dan sebagainya.Ini semua disebabkan ideologi kapitalisme ynag memuat paham liberal yang menjadikan segala hal diukur dari segi ekonomi dan hak asasi manusia, tanpa melihat seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan.
Saat peserta diminta kesempatan untuk menanggapi, Ibu Sasti, Muballighah warga Surabaya yang tinggal di daerah sekitar Dolly menyampaikan bahwa hanya negara yang bisa menumpas segala kemaksiatan. Persolan Dolly telah nyata menunjukkan bahwa negara harus melakukan pengurusan yang baik terhadap rakyat. Penolakan yg dilakukan rakyat dengan berbagai alasan, seperti alasan ekonomi, dll harus disikapi pemerintah dengan serius.
Ustadzah Azifah Hikmah dari Lajnah Muballighah Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD I Jawa Timur memaparkan materi dengan tema “Maksiat Merajalela, Buah Demokrasi Sekuler”. Azifah menyampaikan bahwa sejatinya kemaksiatan adalah segala perbuatan durhaka (‘asha) kepada Allah SWT, bisa dalam bentuk menolak melaksanakan aturan-Nya atau melangggar larangannya. Padahal di dalam firman-Nya surat Al-Ahzab ayat 36 dengan tegas dikatakan bahwa tidak patut seorang Muslim mengambil ketetapan selain ketetapan dari Allah semata. Dan segala kemaksiatan di negeri ini disebabkan ideologi kapitalisme dengan sistem demokrasi liberalnya yang melahirkan sistem ekonomi yang liberal, sistem politik yang sekuler dan rusak, sistem sosial yang menghancurkan nilai-nilai kebaikan masyarakat, dan berbagai sistem kehidupan yang hanya diukur dengan standar materi tanpa melihat halal-haram. “Maka umat Islam wajib meninggalkan sistem demokrasi liberal yang rusak ini” tegasnya.
Peserta kembali memberikan tanggapannya, Ibu Hj. Tuminah dari Kementerian Agama menyampaikan bahwa Yahudi dan Nashrani tidak ingin melihat Islam berjaya, sehingga mereka akan tetap mempertahankan kemaksiatan, salah satunya dengan mempengaruhi masyarakat Muslim di negeri ini. Maka, sebagai seorang Muslim apalagi para Tokoh yang memiliki peran untuk mendidik generasi haruslah berperan dalam membangun generasi yang mampu membangun kejayaan Islam kembali. Islam memiliki solusi atas berbagai persoalan kemaksiatan yang ada di negeri ini.
Dalam sesi pemaparan materi kedua, ustadzah Azifah menyampaikan tentang “Khilafah, Solusi Tuntas Kemaksiatan”. Beberapa poin penting tentang kesempurnaan aturan Islam, yakni :(1) Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk Syakhsiyah Islamiyah. (2) Islam memerintahkan adanya ghodzdzul bashor (menundukkan pandangan) antara laki-laki dan perempuan [Qs An NUR ;30-31], Islam memerintahkan menutup aurot dan mengenakan pakaian yang sempurna ketika keluar rumah [Al Ahzab ;59], dll. (3) Sanksi dalam islam berfungsi sebagai zawajir [pencegah] dan jawabir [penebus dosa]. (4) Islam mewajibkan Negara memenuhi kebutuhan asasiyah (mendasar) seluruh rakyat. Semua solusi ini bisa diterapkan hanya dengan Sistem Hidup Islam yakni Khilafah Islamiyah.
Memasuki sesi diskusi, para peserta mulai menyampaikan unek-uneknya. Pertanyaan didominasi perasaan muak para peserta dengan kondisi yang ada dan ingin segera hidup dalam naungan Khilafah. “Namun, persolannya bagaimana kita mewujudkan Khilafah?” tanya salah seorang peserta anggota Majelis Taklim Surabaya, yakni ibu Dwi. Ibu Farida dari yayasan persatuan Muslim Indonesia (YAPMI) menanyakan bagaimana solusi Islam berkaitan dengan persoalan aborsi.
Menanggapi hal tersebut Ustadzah Azifah menyampaikan bahwa prinsip yang diusung demokrasi liberal menyebabkan kemaksiatan, bahkan disebut sebagai pencipta kemaksiatan. Sehingga Syari’ah Islam pun mustahil bisa diterapkan dalam sistem demokrasi liberal saat ini, Islam hanya bisa diterapkan dalam naungan sistem yang juga Islami yaitu Khilafah. Maka, yang wajib dilakukan oleh seorang Muslim apalagi para tokoh adalah aktif dan masif melakukan muhasabah (koreksi) kepada para pemegang kebijakan, yakni para penguasa, bahwa mereka adalah orang2 yang memiliki taggung jawab besar kepada masyarakat. Kita juga memiliki tanggung jawab untuk membangun kesadaran masyarakat tentang kebutuhan kepada Islam dan Khilafah, yang terakhir umat harus berjuang bersama-sama kelompok yang konsen akan perjuangan ini, yaitu Hizbut Tahrir.
Sesi diskusi yang berlangsung hangat dan hidup ini berakhir tepat menjelang siang hari. Acara pun ditutup dengan do’a oleh Ustadzah Hindun, seorang Muballighah Surabaya. []