Demonstran Hongkong menuntut Demokrasi, tetapi TIDAK untuk TKW migrannya! | #MitosDemokrasi
Bahkan jika puluhan ribu demonstran pro-demokrasi di Hong Kong berhasil merebut dari Beijing hak untuk pemilu terbuka, seluruh kelas pekerja migran akan tetap dilarang jajak pendapat, dan masih tetap tidak berdaya mengatasi meluasnya pencurian upah dan kekerasan fisik yang mereka hadapi .
Pekerja domestik migran di Hong Kong – tidak seperti pekerja internasional dari bidang lain – tidak memenuhi syarat untuk menetap di Hongkong dan karena itu tidak dapat memilih. Mereka kehilangan hak demokrasinya di kota ini, dan bahkan mereka tidak bisa mendorong politisi untuk mengakui penderitaan mereka.
Terdapat hampir 321.000 pekerja rumah tangga di Hong Kong, sebuah wilayah dengan penduduk sekitar 7 juta jiwa dan 97 persennya berasal dari Indonesia dan Filipina. Tenaga kerja yang terdiri hampir seluruhnya perempuan dan staf rumah tangga telah dikecualikan dari undang-undang yang memungkinkan orang untuk mendapatkan Hong Kong tinggal permanen setelah tinggal di wilayah tersebut selama tujuh tahun.
Sumber : Al Jazeera http://america.aljazeera.com/articles/2014/9/30/occupy-central-domestic.html
Komentar :
Ini merupakan bukti lain, bahwa ide demokrasi memang bukan untuk mereka yang tertindas. Ide demokrasi hanyalah MITOS! Puja-puji bahkan pengkultusan terhadap ide demokrasi oleh ribuan demonstran di HongKong ternyata GAGAL membaca persoalan kemanusiaan yang lebih mendasar di kota modern itu! persoalan mendasar itu adalah perbudakan manusia! tepatnya perbudakan kaum perempuan, yakni mereka yang terpaksa merantau ribuan kilometer dari negerinya hanya untuk sesuap nasi, namun di negeri tujuan hanya kekerasan dan kezhaliman yang mereka dapatkan. Astaghfirullah!
Ide demokrasi memang BUKAN ide yang layak untuk kita perjuangkan, demokrasi hanyalah slogan kosong yang acapkali bisa ditunggangi oleh kepentingan durjana para Kapitalis. Demokrasi juga membutakan mata manusia dengan nafsu kebebasan dan egoisme, tanpa bisa lagi melihat penderitaan kaum lemah yang berada di sekitar mereka!
Di dalam demokrasi, hukum yang dibuat untuk mengurusi rakyat adalah bersumber dari akal manusia yang serba lemah dan terbatas; akal yang tidak bisa mengetahui apa kebutuhan manusia yang lain. Sebaliknya, di dalam Islam, sumber hukum untuk mengatur persoalan setiap sendi kehidupan manusia berasal dari Zat Yang menciptakan akal manusia itu sendiri. Dialah Allah SWT, Zat Yang Mahatahu apa saja yang dibutuhkan oleh manusia.
Allah SWT telah menurunkan syariah Islam untuk mengatur semua persoalan tersebut, seperti firman Nya :
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi (rasul) atas (perbuatan) mereka, dari (kalangan) mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat, bagi orang-orang yang berserah diri.” – (QS.An Nahl :89)
Jadi, masihkah kita percaya pada demokrasi sebagai satu-satunya jalan mencapai keadilan? Tidak! Hanya sistem Illahi saja yang dapat mengantarkan kita pada keadilan hakiki yang mampu menghapus perbudakan dan kezhaliman. Dan ini hanya bisa dilakukan dengan Islam, bukan dengan jalan demokrasi – sistem buatan manusia.
[Fika Komara – Anggota Kantor Media Pusat Hizb ut Tahrir untuk Asia Tenggara]