“Pemerintahan Konservatif masa depan akan mencari kekuatan baru untuk melarang kelompok-kelompok ekstrimis dan mengekang kegiatan orang-orang ‘berbahaya’,” kata Theresa May.
Wanita yang merupakan Menteri Dalam Negeri Inggris itu mengatakan bahwa perintah pelarangan dan perintah “gangguan ekstrim” akan muncul dalam manifesto pemilu 2015. Theresa May adalah salah satu pembicara utama hari ketiga dalam konferensi Partai Konservatif di Brimingham.
Dalam pidatonya, Theresa juga menyerang Partai Demokrat Liberal karena telah menggagalkan upaya mengenalkan kekuatan pengawasan data dan ia berjanji Kementerian Dalam Negeri akan mengambil alih semua kebijakan pemerintah yang ekstrim.
Dia juga menyerukan perubahan cara polisi menggunakan kekuatan dalam pencarian dan penggeledahan. Bila perlu, undang-undang pun akan digunakan untuk hal ini.
Theresa memperingatkan tentang pembentukan “negara teroris nomor satu dunia” di Irak dan Suriah dan mengatakan bahwa sejauh ini dia telah membatalkan paspor 25 warga Inggris yang ingin pergi ke Suriah.
Langkah-langkah baru tersebut, kata Theresa, akan ditargetkan pada orang-orang dan kelompok-kelompok yang “tinggal dalam lingkup hukum namun menyebarkan racun kebencian.” [Sumber: BBC, 30/09/2014]
Komentar:
Seperti biasa, sikap reaksioner dan pragmatis yang diambil dari pemikiran dangkal kaum kapitalis sekular liberal ini menunjukkan bahwa dirinya merupakan alat prasangka dan kebencian.
Selama masa jabatannya sebagai Menteri Dalam Negeri, Theresa May terkenal tidak hanya memfitnah Muslim yang tidak bersalah seperti Abu Qatada, Talha Ahsan, Baber Ahmad, dan Moazzam Baig. Akan tetapi, dengan dukungan penuh dari partainya, Theresa juga mengatur serangan demi serangan terhadap komunitas Muslim di Inggris. Caranya adalah dengan menarget ajaran-ajaran Islam seperti cara berpakaian, pemisahan laki-laki dan perempuan, makanan halal, sekolah-sekolah berbasis Islam, masalah integrasi, dan juga Khilafah.
Setelah membuat opini publik yang kuat tentang ISIS, media-media Inggis memainkan peran dalam menciptakan paranoia massa dengan mengaitkan tindakan ISIS dengan pemikiran Islam itu sendiri. Upaya tersebut dilakukan tidak lain untuk mengaburkan realitas sebenarnya bahwa mereka tengah memerangi Islam dan memerangi revolusi di Suriah.
Ditambah lagi, serangan lain muncul dengan desakan dari tokoh-tokoh terkemuka terhadap komunitas Muslim. Mereka menuntut agar kaum Muslimin meminta maaf atas tindakan sebagian kecil orang. Tidak hanya itu, ulama-ulama yang dekat dengan pemerintah memilih untuk menyalahkan budaya dan menyatakan bahwa itu semua merupakan ideologi jahat. Tak pelak, serangan itu semua membuat komunitas Muslim semakin terasing.
Janji-janji baru Theresa May yang akan memerangi “pidato kebencian” itu semata-mata hanya untuk mengembalikan kepercayaan publik dan memeroleh suara untuk pemilu mendatang yang tinggal beberapa bulan lagi.
Namun demikian, jelaslah bahwa upaya ini bertujuan untuk menggagalkan penyebaran ide-ide Islam tentang Khilafah dan jihad, terutama di kalangan para pemuda. Komunitas Islam di kampus juga akan diperhatikan, para pembicara dan imam akan semakin diawasi. Segala macam simpati untuk Khilafah, para pejuang kemerdekaan, bahkan pekerja bantuan kemanuisaan akan diartikan dan dikaitkan dengan ISIS.
Perintah larangan untuk kelompok maupun individu yang Theresa katakan “tinggal di wilayah hukum” dan memata-matai email mereka adalah cara yang ditempuh kelompok Konservatif untuk mengamankan nilai-nilai sekuler Inggris.
Kami telah menyaksikan dari tahun-tahun sebelumnya, keanehan dari hukum Inggris yang menyesuaikan situasi dengan begitu pragmatis, sehingga nilai terdalam seperti kebebasan masyarakat dapat dengan mudah dikompromikan untuk mengamankan keuntungan dari kebijakan luar negeri. Oleh sebab itu, kami telah melihat perubahan hukum ini memungkinkan penahanan tersangka “teror” menjadi lebih lama dengan sedikit bukti, penangkapan dalam rumah, bahkan dikeluarkannya ASBO’s (anti-social behavior orders) untuk para imam yang berbicara tentang pemisahan gender dan untuk tidak mengutuk FGM (sunat untuk kaum wanita).
Atmosfir kebencian terhadap Islam yang dihembuskan Theresa May dan politisi-politisi Inggris lainnya, tidak akan pernah dapat memadamkan kebangkitan Islam. Akan tetapi, justru semakin menguatkan umat dengan izin Allah.
وَلَاتَهِنُواوَلَاتَحْزَنُواوَأَنتُمُالْأَعْلَوْنَإِنكُنتُممُّؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran [3]: 39)
Ditulis untuk kantor Media Pusat Hizbut Tahrir
oleh Um Mohammed