Orang Kristen bila berkuasa memang kerap berbuat masalah bahkan mengarah pada perpecahan, salah satunya seperti ocehan Cornelis yang jadi Gubernur Kalimantan Barat mengancam akan menuntut merdeka per pulau bila Jokowi dijegal (dimakzulkan/ di-impeachment).
“Dia dengan pernyataan itu berarti mengganggu kesatuan wilayah Indonesia. Yang begini ini mestinya harus dianggap sebagai makar, karena mempunyai fikiran separatis!” tegas Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto kepada mediaumat.com, Rabu (8/10) melalui telepon selular.
Jadi alasan Cornelis daripada memperlemah rakyat lebih baik menuntut referendum tidak beralasan. “Apa yang memperlemah rakyat di situ? Kalau mengeritisi, mengoreksi kebijakan tidak bisa diartikan memperlemah rakyat dong! Kalau presiden melakukan tindakan yang melawan hukum bahkan MPR itu mempunyai wewenang untuk melakukan pemakzulan. Itu semua ada ketentuannya,” ungkap Ismail.
Ia juga menyatakan, ocehan Cornelis menambah rekam jejak bahwa Kristen memang biang perpecahan. “Oh jelas lah! Siapa yang menggerakkan Papua merdeka? Itu orang-orang Kristen. Siapa di balik mereka? Itu LSM-LSM Kristen, negara-negara Barat yang juga Kristen. Yang mau memisahkan Maluku dari Indonesia siapa? RMS, siapa dia? Kristen juga. Kalau orang Islam mana ada punya pikiran seperti itu,” pungkasnya.
Pada Ahad (5/10), Cornelis menyatakan pada wartawan akan mengusulkan referendum ke Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) dengan mengajukan tiga opsi antara lain cabut UU Pilkada, pembentukan negara bagian dan merdeka per-pulau. Lantaran sikap elite partai seolah memperlemah rakyat.
Ia melanjutkan usulan tersebut baru akan diajukan jika MK menolak uji materi UUMD3 soal pemilihan MPR, lalu DPR tak berjalan dengan baik, dan ada masalah dalam pelantikan Jokowi-JK di MPR. Hal tersebut dinilai akan menjegal jalannya pemerintahan mendatang sehingga lebih baik referendum.(mediaumat.com, 9/10/2014)