Pada tanggal 24 Agustus 2014, Perdana Menteri Tony Abbott mengumumkan bahwa pemerintah Australia akan berkomitmen mengeluarkan $64 juta untuk mengambil langkah-langkah anti-terorisme. Dari seluruh jumlah tersebut, $13 juta khusus akan dipakai untuk “mengurangi resiko terorisme yang tumbuh di dalam negeri”.
Dana ini akan digunakan terhadap para pemuda Muslim yang dianggap “beresiko” menjadi radikal dengan membentuk program kerja, kegiatan pemuda, dan pendidikan umum.
“Kami akan mengembangkan kegiatan untuk mengatasi radikalisasi dan meningkatkan kesadaran akan bahaya keterlibatan kaum ekstrimis dalam konflik di luar negeri,” kata Abbott, “pertahanan terbaik dalam menghadapi radikalisasi adalah keluarga, masyarakat, dan institusi yang mendapatkan informasi dan perlengkapan dengan baik.”
Berdasarkan upaya mereka mengulur waktu “perang melawan teror” yang gagal, kita dapat melihat bahwa langkah-langkah keras (hard power) yang diambil oleh pemerintah melalui penerapan undang-undang anti-teror yang kejam, sama sekali bukan pendekatan yang tulus untuk mengakhiri tindakan “’teror” dan kekerasan. Sebaliknya, mereka berusaha mengalihkan perhatian kita dengan membenarkan kebijakan luar negeri mereka. Caranya adalah dengan membuat histeria dan ketakutan dari serangan teroris di dalam negeri. Hal ini tentu akan memungkinkan pemerintah Australia, sebagaimana pemerintah Barat lainnya, untuk melanjutkan kekejaman mereka dalam konflik dan perang di luar negeri.
Dalam beberapa hari terakhir, kita dapat melihat bagaimana kebrutalan dilakukan terhadap komunitas Muslim. Polisi Federal Australia (AFP) berkekuatan 800 orang melakukan penggerebekan terhadap 25 rumah kaum Muslim. Pada saat itu mereka meneror dan mempermalukan muslimah dan anak-anak di tengah malam. Sekali lagi hal ini membuktikan bahwa mereka tidak peduli apakah kaum Muslimin tersebut baru terduga atau terbukti bersalah.
Media yang sejalan dengan kebijakan pemerintah, juga bertindak dengan kekuatan penuh untuk menyebar berita bahwa di dalam negeri tidak aman bagi kaum muda Muslim yang sedang mengalami “radikalisasi”. Pemberitaan berlebihan tentang terorisme “yang tumbuh di dalam negeri” menganggap kaum ibu muslimah perlu untuk “dilibatkan” dan mereka juga didesak memata-matai anak-anak mereka dan mencegah mereka untuk menjadi teroris agar negara tetap “aman”. Sekarang, perhatian ibu-ibu muslim, kesetiaan, dan nilai-nilai Islam yang ditanamkan kepada anaknya akan dipertanyakan.
Sebagai duta Islam yang nyata terlihat, kaum Muslimah harus selalu dan terus menanggung beban serangan rasis yang muncul dari rasa takut yang terus menerus dihembuskan oleh pemerintah dan media.
Sebagai ibu Muslimah, apa yang akan kita ajarkan kepada anak-anak kita dan nilai-nilai apa yang kita pakai untuk membina mereka? Pemerintah dan media ingin kita yakin bahwa anak-anak kita—para pemuda Islam—menjadi bengis lantaran berpegang pada nilai-nilai Islam! Tapi kita tahu bahwa dengan menanamkan nilai-nilai itu pada anak-anak kita berarti kita memastikan mereka akan tumbuh di bawah perawatan kita, sebagai manusia produktif yang memiliki belas kasih dan kepedulian terhadap sesama, berdasarkan contoh terbaik nabi Muhammad SAW.
Mereka ingin agar anak-anak Anda menjadi buta dari ketidakadilan dan dikriminalisasi karena membantu orang-orang miskin; mereka ingin agar kita membungkam putra-putri kita ketika mereka ingin berbicara menentang ketidakadilan yang dialami saudara-saudara kita di luar negeri. Mereka ingin kita membesarkan anak-anak dengan Islam versi mereka: masalah duniawi yang semata-mata disibukkan dengan ritual individual dalam ranah privat! Tapi kaum ibu yang kami hormati, kami mendorong Anda untuk terus berusaha membesarkan anak-anak Anda sesuai dengan Quran dan Sunnah: tidak menipu atau mencuri; berbuat baik kepada tetangga —muslim ataupun non-Muslim; tersenyum dan berbicara dengan santun, tetapi juga diberdayakan dengan menyadari bahwa mereka adalah bagian umat Islam secara global! Hal tersebut akan membuat mereka berani menyerukan kebenaran; mengosongkan saku mereka membantu fakir miskin, anak-anak yatim piatu, dan kaum yang tertindas, mereka akan terus peduli terhadap ketidakadilan yang terjadi dimana-mana, dan dapat menjadi cahaya mercusuar di dunia yang penuh kegelapan. Hal-hal tersebut adalah kewajiban dalam agama yang harus ditindaklanjuti!
Saudari kaum Ibu yang tercinta! Dengan meningkatnya propaganda anti-Islam dalam berita dan undang-undang anti-teror kejam yang diterapkan oleh pemerintah dan otoritas, membuat kita merasa cukup rentan, berkecil hati, merasa khawatir atas kehidupan kita sendiri, dan juga khawatir akan keamanan orang-orang yang berada di bawah asuhan kita. Tapi kita harus ingat bahwa di saat-saat seperti inilah seharusnya kita memperkuat tekad kita untuk tetap tabah dan teguh pada Islam. Agama yang penuh kasih sayang ini akan membimbing kita dalam menghadapi seluruh masyarakat dan kemanusiaan: dengan kasih sayang dan kebijaksanaan. Anugerah terbesar yang dapat kita berikan kepada seluruh masyarakat adalah dengan berpegang teguh kepada Islam, bukan sebagian, melainkan secara keseluruhan.
Rasulullah SAW bersabda, “Jangan biarkan orang-orang yang membuatmu takut mencegah kamu untuk mengatakan kebenaran ketika kamu melihatnya, mengatakan kebenaran dan melakukan yang benar tidak akan pernah memajukan atau menangguhkan ajal.” (HR. Ahmad, Ibnu Habban, & Ibnu Majah)
Ditulis oleh,
Umm Umayr
Muslimah Hizbut Tahrir Australia