Dialog Intelektual Muslimah : “Mengkritisi AEC 2015 dalam Tinjauan Fakta dan Islam”
HTI Press. Surakarta, Jum’at, 26/09/2014. Dengan adanya ASEAN Economic Community (AEC) yang akan dicanangkan tahun 2015 diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan. Yang akan menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal. Muslimah Hizbut Tahrir Chapter Kampus Surakarta mengadakan dialog Intelektual Muslimah dengan tema “Mengkritisi AEC 2015 dalam Tinjauan Fakta dan Islam”. Acara ini berlangsung di Ruman Makan Padang Embun Pagi Surakarta dan dihadiri oleh para dosen dan mahasiswa pacsa sarjana. Dengan diadakan Dialog Intelektual Muslimah ini diharapkan dapat menjadi wadah dalam menyamakan persepsi para intelektual terhadap masalah kekinian dan menjadikan islam sebagai solusinya.
Wiwit Rahayu, SP MP. memaparkan sekilas mengenai ASEAN Economic Community (AEC) yang awalnya akan dicangkan pada tahun 2020 tetapi di percepat menjadi tahun 2015 pada KTT ke -12 tahun 2007. Di dalam blueprint MEA terdapat 4 pilar yaitu terbentuknya pasar dan produksi basis tunggal, kawasan berdaya saing tinggi, kawasan dengan pembangunan yang merata, dan integrasi perekonomian dunia. Tetapi untuk tahun-tahun awal masalah yang ditujukan masih pada pasar tunggal. Maka dengan itu Indonesia melihat peluang yang dapat berperan dalam produksi dan konsumen untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Namun ternyata AEC memberikan ancaman pada negari-negeri dunia ke tiga khususnya Indonesia yaitu : Indonesia dijadikan sebagai pemasok energy ke Negara-negara lain, Indonesia akan dibanjiri Tenaga Kerja Asing (TKA) yang akan meningkatkan angka pegangguran, dan banyaknya investor asing masuk ke Indonesia.
Berbeda hal nya dengan tatanan ekonomi Negara Khilafah, yang mengatur perekonomian dengan sistem ekonomi syariah. Sistem ini memiliki mekanisme terperinci tentang proses mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi semua warganya, baik yang muslim ataupun yang non muslim. Dan Negara Khilafah juga mengatur perdagangan luar negeri, tidak dilihat dari aspek barang yang diperdagangkan, tetapi dilihat dari orang yang melakukan perdagangan.
Banyak pertanyaan dan tanggapan yang masuk, diantaranya pertanyaan dari Ana R dosen ISI Surakarta bahwa sekolah IT akan mengikuti standart-standart internasional yang akan berdampak pada berkurangnya mata pelajaran agama. Hestyana, SPi sebagai aktivis Muslimah Hizbut Tahrir mengatakan bahwa AEC berdampak pada perempuan dan generasi, dimana perempuan dijadikan buruh murah dan banyaknya perempuan yang bekerja akan membuat generasi tidak terurus. Hestiyana juga mengatakan bahwa Muslimah HTI Kota Surakarta menolak adanya AEC yang akan dicanangkan tahun 2015.
Nuning Setyawati, SP. M.Sc dosen UNS juga memberikan tanggapannya, sepakat AEC akan mengancam posisi social dan ekonomi. Dimana posisi social akan menimbulkan permasalahan bagi perempuan seperti buruh murah sedangkan dalam posisi ekonomi akan berdampak pada UMKM.