Mahasiswi Muslimah Siap Melawan Arus Pasar Bebas dengan Islam.
HTI Press. Yogyakarta.Sabtu, 20/09/2014. “Muslimah Prestatif, Aktif, Inspiratif, Solutif!”, demikian seruan penuh semangat puluhan mahasiswi muslimah peserta Kajian Umum Mingguan Edisi Spesial yang diselenggarakan oleh Muslimah HTI Chapter Kampus UGM. Para mahasiswi muslimah yang berasal dari berbagai kampus di Yogyakarta diantaranya UGM, UNY, UII, dan UPN ini berkumpul di halaman parkir utara Masjid Kampus UGM. Mereka antusias menyimak Talkshow yang mengangkat tema “Menjadi Mahasiswa Prestatif di Tengah Arus Pasar Bebas [Telaah Kritis AEC 2015]”.
Ir. Ervia Yudiati, M.Sc. selaku narasumber pertama dalam paparannya mengungkapkan dampak AEC pada kurikulum pendidikan tinggi. Dosen UNDIP yang saat ini sedang menempuh program doctoral di UGM ini melihat adanya pengaruh secara politik dan ekonomi, karena pendidikan merupakan satu subsistem yang akan dipengaruhi oleh kedua sistem tersebut. “Pendidikan akan semakin diliberalisasi dengan adanya ratifikasi GATS”, katanya.
Sementara itu narasumber kedua, Y. Annisa Indriyani, S.P, mahasiswi berprestasi tahun 2011 Fakultas Pertanian UGM dan saat ini aktif berdakwah bersama Muslimah Hizbut Tahrir menegaskan bahwa yang diuntungkan dalam AEC ini tentunya adalah negara yang paling siap dan kuat. Indonesia sendiri jauh dari kata siap menghadapi AEC. Saat ini semua anggota ASEAN sedang sibuk mempersiapkan diri menghadapi implementasi AEC pada 2015. Tiap negara berupaya meningkatkan daya saing agar dapat menikmati manfaat dari penyatuan ekonomi kawasan yang memiliki populasi penduduk sekitar 600 juta jiwa ini.
Kedua narasumber menegaskan bahwa arahan AEC adalah pasar bebas, dan hakikat pasar bebas adalah alat para kapitalis untuk menguasai dan mengontrol perekonomian negeri-negeri Islam. Maka, mahasiswi muslimah harus tetap survive dengan visinya sebagai seorang hamba Allah di tengah arus pasar bebas yang penuh tuntutan seperti saat ini. “Mahasiswa sebagai agent of change serta iron stock jangan hanya mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) melainkan juga harus memiliki keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ) pada dirinya”, pesan Ervia kepada para muslimah yang hadir.
Annisa pun menambahkan, bahwa untuk menjadi seorang muslimah prestatif, yang dibutuhkan tidak hanya kemampuan akademik semata, melainkan juga visi hidup yang jelas serta kemampuan menyelesaikan permasalahan kehidupan, tentunya sesuai dengan aqidah kita yaitu Islam.
Sesi diskusi pun berlangsung hangat dan akrab, peserta yang diantaranya masih berstatus sebagai mahasiswi baru tersebut antusias mengajukan pertanyaan dan tanggapan seputar kontribusi mahasiswi muslimah di tengah arus pasar bebas dan langkah-langkah nyata yang bisa ditempuh untuk melakukan perubahan. [Ulinnuha].