Ketika Perempuan menjadi korban pelecehan seksual
HTI Press. Sumedang, 27 September 2014. Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD II Kab. Sumedang menghadirkan sebuah acara yg menghimpun para tokoh muslimah Sumedang dalam acara Temu Tokoh yang mengusung tema ” Ketika Perempuan menjadi korban pelecehan seksual ” bertempat di RM Saung Injuk Sumedang.
Felly Indah P., S.Pi., selaku moderator memberikan sekilas paparan pengiring tentang gambaran banyaknya perempuan saat ini yang menjadi korban pelecehan seksual, siapa yang salah? Dan jawaban atas pertanyaan tersebut dipaparkan oleh dua nara sumber, Emay Kusmayati dan Lusiani.
Emay Kusmayati, A.Md., Keb., S.Km (Ketua PP BKBPP Kab. Sumedang), mengungkapkan tentang definisi kekerasan, kemudian fakta kekerasan yang dialami perempuan terutama di Sumedang. Jumlah perempuan yang menjadi korban baik pelecehan maupun penganiayaan di Sumedang ternyata ratusan jumlahnya, meski yang terungkap di media hanya beberapa. Bahkan angka ini semakin banyak setelah Emay melakukan sosialisasi ke tengah masyarakat. Hal ini terjadi karena 3 faktor, individu, komunitas dan negara.
Para tokoh yang hadir sebanyak tidak kurang dari 15 orang dari kalangan mubalighoh, pemangku pesantren, insan media dan penggerak masyarakat mengiyakan apa yang dipaparkan oleh Emay.
Lalu bagaimana Islam mencegah terjadinya penganiayaan dan pelecehan terhadap perempuan? Lusiani S Ag memaparkan dalam materi yang berjudul “Khilafah tanpa pelecehan seksual terhadap perempuan” . Pencegahan itu diantaranya adalah adanya kewajiban menundukkan pandangan baik perempuan maupun laki-laki, kewajiban menutup aurat, menjauhi tempat syubhat, dan peran negara dalam menjaga kehormatan dan kemuliaan perempuan.