Kami Rindu Khilafah Apapun Taruhannya
HTI Press. Tangerang, Ahad 19/10/2014. Terik matahari siang tidak menyurutkan mahasiswa dari seluruh penjuru Tangerang untuk berteriak lantang menyampaikan orasi-orasi intelektual yang mengguggah pemikiran. Awalnya, acara akan diadakan di Lapangan Ahmad Yani Kota Tangerang, namun karena panitia tidak mengantongi izin dari kepolisian, acara dialihkan di Lapangan Balaraja Kabupaten Tangerang. Hal ini kemudian menjadi kekecewaan tersendiri baik bagi panitia maupun peserta. Sebagai upaya ber amar ma’ruf nahi mungkar, pembawa acara mengingatkan pada pihak kepolisian akan kezhaliman mereka untuk menjegal kesuksesan acara.
Orasi politik mahasiswa yang disampaikan oleh 4 perwakilan mahasiswa dari daerah Tangerang disampaikan dengan lantang. Mereka adalah Wakhid Budiarto (Koordinator Wilayah BKLDK Banten), Ridwan (Ketua Gema Pembebasan Serang), Abdul Akbar (Koordinator Daerah BKLDK Kabupaten Tangerang) dan Ketua Gema Pembebasan Cilegon. Orasi mengangkat topik seputar sistem Khilafah sebagai sistem yang layak menggantikan kebobrokan sistem demokrasi yang hanya mampu menghasilkan penderitaan rakyat dari segala dimensi. Bahwa hanya Khilafah lah yang mampu mewujudkan peradaban mulia selama 1400 tahun lamanya, dan untuk itulah mahasiswa sebagai ujung tonggak perubahan harus siap berjuang di garda terdepan apapun taruhannya, karena perjuangan ini datang dari panggilan keimanan kepada Allah SWT.
Erwin Permana, SP, ME sebagai tokoh pergerakan tahun 1998 menutup orasi politik mahasiswa dengan orasinya yang menantang. Bertemakan, “We Need Khilafah Not Democracy”, Erwin mengkritik pendapat seorang ulama yang menyatakan bahwa demokrasi tidak bertentangan dengan Islam. Secara gamblang, ”Demokrasi tidak melarang orang untuk shalat, tapi demokrasi juga tidak melarang orang untuk tidak shalat. Demokrasi tidak melarang orang untuk ber-Islam, tapi demokrasi juga tidak melarang orang untuk kufur. Demokrasi tidak melarang orang mengagungkan Allah SWT, tapi demokrasi juga tidak melarang orang untuk menghina Allah dan Rasul-Nya. “ Lalu, pernyataan ini diiringi pekikan takbir oleh peserta.
Acara kemudian ditutup dengan pembacaan resolusi Mahasiswa Hizbut Tahrir menuntut rezim Jokowi, dan pembacaan doa.Pembawa acara mengundang seluruh peserta yang hadir untuk kembali menghadirkan diri di acara puncak ICMS 2014 di depan Istana Presiden tanggal 2 November 2014 bersama 25.000 mahasiswa dari seluruh Indonesia. Terakhir, penandatanganan spanduk perjuangan mahasiswa ditandatangani oleh seluruh mahasiswa yang hadir saat itu, diantaranya dari Kampus Insan Pembangunan, UNTIRTA, Universitas Muhammadiyah Tangerang, Universitas Islam Syekh Yusuf, BSI, LP3I, dan lainnya.