Hizbut Tahrir Indonesia Melanjutkan Kehidupan Islam
Middle East Monitor dan the Guardian memberitakan bahwa pada pagi hari Kamis, 30 Oktober 2014, Israel menutup secara penuh Kompleks Masjid Al-Aqsa dan melarang jamaah yang ingin masuk, sambil mengutip upaya pembunuhan seorang ekstrimis rabi Yahudi kemarin sebagai alasan ditutupnya Masjid itu. Penutupan ini adalah yang pertama kali sejak tahun 1967, suatu langkah yang dikecam oleh Presiden Palestina, Mahmud Abbas, sebagai “deklarasi perang.”
Penutupan ini dilakukan setelah polisi anti-teroris Isreal menembak mati seorang pria Palestina 32 tahun pada Kamis pagi yang diduga mencoba membunuh seorang aktivis Yahudi sayap kanan pada malam sebelumnya, rabbi Yehuda Glick, yang memimpin kampanye orang Yahudi untuk memasuki Kompleks Al Aqsa.
Beberapa helikopter terbang di atas wilayah tersebut dan balon observasi dikerahkan ke beberapa lokasi.
Abbas baru-baru ini menyerukan agar orang-orang Yahudi dilarang dari memasuki tempat itu dan mendesak warga Palestina untuk menjaga kompleks Al Aqsa dari turis orang-orang Yahudi, yang dia disebut sebagai “kawanan ternak.”
Dalam eskalasi lebih lanjut dari retorika sekitar lokasi, Gerakan Fatah Abbas menyerukan “Hari Kemarahan” pada hari Jumat ini.
Sementara itu, Gerakan Islam Palestina Hamas pada Kamis mengecam penutupan Masjid Al-Aqsa oleh Israel, kata surat kabar Felesteen.
Anggota biro politik Hamas Mousa Abu Marzouk-mengatakan: “Penutupan Masjid Al-Aqsa dalam menghadapi jamaah adalah suatu preseden yang berbahaya yang tidak dapat diterima atau dilanjutkan tanpa alasan apapun.”
Abu-Marzouk menulis di halaman Facebook: “Seruan untuk menyerbu Masjid Al-Aqsa harus dihadapi.” Dia menyerukan penduduk Yerusalem untuk melakukan hal ini dengan mengatakan: “Anda memiliki hak. Tidak ada yang bisa melukai Anda.”
Dia juga meminta warga Arab dan kaum Muslim di seluruh dunia untuk membantu melakukan hal itu dengan mengatakan: “Ini adalah masjid dan tempat di mana Nabi Anda, Nabi Muhammad (SAW) telah naik ke surga. Apa yang Anda lakukan?”
