HIP 53: Sikap Skeptis untuk Rezim Baru

IMG_2072HTI Press, Jakarta. Kabinet Jokowi-JK yang baru saja terbentuk menarik banyak perhatian. Mulai dari pergantian nama dari Kabinet Trisakti menjadi Kabinet Kerja, susunan orang-orang yang menduduki posisi menteri, hingga arah rezim Jokowi-JK. Hal itu jugalah yang kemudian menjadi pembahasan dalam Halaqah Islam Peradaban (HIP) ke-53 yang diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pada hari Kamis lalu (30/10).

Mengangkat tema “Membaca Arah ‘Rezim’ Baru Jokowi-JK”, HIP diselenggarakan di Aula Gedung Joeang 45 di Cikini, Jakarta Pusat.

Hadir sebagai pembicara dalam acara ini adalah Pakar Komunikasi UI Ari Junaedi, Advokat dan aktivis Eggi Sudjana, Jubir HTI Ismail Yusanto, dan Tim Pemenangan Jokowi-JK Zuhairi Misrowi.

Sebagaimana yang diketahui, sebelumnya kabinet Jokowi-JK digadang-gadang bernama Kabinet Trisakti, akan tetapi pada saat pengumuman lalu namanya berubah menjadi Kabinet Kerja.

Menanggapi hal tersebut, Eggi Sudjana mengatakan bahwa nama Trisakti sangat menghambat kepentingan asing, oleh karena itu diganti dengan Kabinet Kerja.

“Muatan dari Trisakti itu kan berdikari dalam politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya. Muatan ini tentu sangat menghambat gerakan investor asing dan aseng (taipan Cina, red), agar kelihatan benar maka dibuatlah dengan nama Kabinet Kerja.” Ujar Eggi Sudjana kepada sekitar duaratus peserta yang hadir.

Di samping itu, untuk mendukung perubahan nama menjadi Kabinet Kerja, pada saat pengumuman nama menteri lalu, Jokowi meminta para menterinya memakai baju putih untuk menyimbolkan bersih dan transparansi serta menyingsingkan lengan bajunya untuk menyimbolkan bahwa pemerintahan yang baru siap bekerja untuk kepentingan rakyat.

“Kita jangan terjebak dengan politik kemasan. Sekarang kan baru simbol yang ditunjukkan, seperti baju putih, lengan disingsingkan, dan yang lainnya,” ujar Pakar Komunikasi Ari Junaedi menanggapi hal tersebut.

Tim Pemenangan Jokowi-JK Zuhairi Misrowi yang saat itu juga hadir dalam HIP berkesempatan menjelaskan tentang 9 nawacita atau program prioritas Jokowi-JK.

“Jadi 9 nawacita itu merupakan arah pemerintahan Jokowi-JK agar Indonesia menjadi lebih baik.” Kata Zuhairi.

Menanggapi Zuhairi, Juru Bicara HTI Ismail Yusanto mengatakan bahwa ada dua faktor yang membuat negara menjadi baik.

“Pertama, sistemnya baik, yaitu syariah yang bersumber dari Zat Yang Maha Baik. Kedua, pemimpin yang baik, yaitu yang amanah yang mau tunduk pada sistem yang baik itu.” Ungkap Ismail.

Oleh karena itu, rezim Jokowi saat ini harus disikapi secara skeptis karena tidak memenuhi dua syarat tadi.

Ismail juga menambahkan bahwa rezim Jokowi-JK saat ini tidak berbeda dengan rezim sebelumnya, masih tetap sekularistik-kapitalistik, “Tidak sulit menilai rezim ini. Baik dari performa maupun kebijakannya. Apakah benar untuk kepentingan rakyat ataukah asing.”

“Kita lihat nanti apakah BBM jadi dinaikkan. Kalau positif dinaikkan, maka positif ada pengaruh asing.” Pungkasnya.[]

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*