Ma’al Hadīts al-Syarīf: Jika Manusia Melihat Kemungkaran

Allah SWT berfirman:

﴿يٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُواْ عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لاَ يَضُرُّكُمْ مَّن ضَلَّ إِذَا ٱهْتَدَيْتُمْ إِلَى ٱللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعاً فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ﴾

Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu. Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk, hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (TQS. Al-Maidah [5] : 105).

Abu Bakar radliyallāhu ‘anhu berkata pada sebuah hadis masyhūr yang terdapat dalam kitab-kitab as-Sunan: Hai manusia sesungguhnya kalian membaca ayat ini: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu. Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk, hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (TQS. Al-Maidah [5] : 105). Sementara kami mendengar Rasulullah saw bersabda:

إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الْمُنْكَرَ لَا يُغَيِّرُونَهُ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمْ اللَّهُ بِعِقَابِهِ

Jika manusia (masyarakat) melihat kemungkaran, namun mereka tidak mengubahnya, maka Allah hampir meratakan mereka dengan siksa-Nya.

Ibnu Taimiyah rahimahullāh (semoga Allah merahmatinya) mengatakan: Dalam ayat tersebut terdapat sejumlah faedah (pelajaran) yang besar:

Pertama, hendaklah seorang Mukmin tidak takut kepada orang-orang kafir dan munafik, sebab mereka tidak akan memberi mudharat kepadanya, apabila ia seorang yang telah mendapat petunjuk.

Kedua, hendaklah seorang Mukmin tidak bersedih dan gelisah atas kemaksiatan mereka, sebab kemaksiatan yang mereka lakukan tidak akan memberi mudharat kepadanya, apabila ia telah mendapat petunjuk. Sedang bersedih atas apa yang tidak akan memberi mudharat adalah perbuatan sia-sia. Kedua makna ini disebutkan dalam firman Allah SWT:

﴿وَٱصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلاَّ بِٱللَّهِ وَلاَ تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلاَ تَكُ فِي ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُونَ﴾

Bersabarlah, dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah. Janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka, dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.” (TQS. An-Nahl [16] : 127).

Ketiga, hendaklah seorang Mukmin tidak condong kepada mereka, dan tidak terpesona dengan kekuasaan, kekayaan dan kesenangan yang mereka raih.

Keempat, hendaklah seorang Mukmin tidak menzalimi orang-orang yang melakukan kemaksiatan dengan berlebihan—dari yang disyariahkan—dalam membencinya, mencacinya, melarangnya, mengisolasinya, atau menghukumnya, sebab tidak sedikit orang-orang yang melakukan amar makruf nahi munkar terkadang mereka melanggar ketentuan Allah, baik karena kebodohannya atau ketidakadilannya. Dalam melakukan amar makruf nahi munkar ini harus dilakukan dengan perencanaan yang matang, baik itu dalam menghadapi orang-orang kafir, munafik, fasik maupun para pelaku kemaksiatan.

Kelima, hendaklah seorang Mukmin dalam melakukan amar makruf nahi munkar sesuai dengan yang disyariahkan, seperti berilmu, bersikap lemah lembut, sabar, bertujuan baik, dan dilakukan sesuai dengan tujuan baik itu.

Kelima aspek yang diambil dari ayat tersebut ini harus dimiliki oleh orang yang hendak melakukan amar makruf nahi munkar.

Sehingga setiap orang yang terlibat dalam aktivitas mengemban dakwah kepada Allah harus mengerti dan memahami dasar-dasar (dalil-dalil) dakwah, dan dasar-dasar (dalil-dalil) amar makruf nahi munkar. Hendaklah dasar-dasar (dalil-dalil) itu diambil dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya, Muhammad saw; dan hendaklah terikat dengan metode dakwah Rasulullah saw, sedikit pun tidak boleh menyimpang darinya, sebab itu wahyu dari Allah SWT. Metode itulah yang mengharuskan untuk melakukan tatsqīf (kaderisasi) dengan menanamkan akidah Islam dan hukum-hukumnya; berinteraksi dengan masyarakat melalui pergolakan pemikiran, perjuangan politik dan thalabun nushrah (meminta kemenangan) untuk penyeraham kekuasaan, dan menegakkan hukum-hukum Allah dengan berdirinya negara Islam. Ya Allah berilah taufik kepada mereka yang berjuang di atas metode nabi-Mu, untuk menegakkan hukum-hukum Allah di muka bumi dengan mendirikan Khilafah Rasyidah yang kedua di atas metode kenabian.

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 3/11/2014.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*