Oleh-oleh Dari G-20, Rezim Liberal Jokowi Naikkan BBM!

Seperti yang dijanjikan sebelumnya, sepulang dari pertemuan puncak G-20, rezim Jokowi akhirnya menaikkan harga BBM. Inilah oleh-oleh bagi rakyat Indonesia dari presiden Jokowi, setelah ‘blusukan’ dari berbagai pertemuan klub-klub kapitalis dunia, mulai dari APEC di Tiongkok  hingga G-20 di Australia. Rezim Jokowi mengumumkan kenaikan BBM pada Senin (17/11) malam, dengan harga yang sama persis dengan angka yang diajukan oleh Bank Dunia, Rp 8.500 per liter untuk premium dan solar menjadi Rp 7.500 per liter.

Sebelumnya, Jokowi di hadapan tuan-tuan besar kapitalis dunia, telah membulatkan tekadnya untuk menaikkan harga BBM dengan bahasa tipuan mengalihkan subsidi. Di hadapan para pemimpin G-20 dalam pertemuan puncak ke-9 KTT G-20 di Brisbane, Australia pada Sabtu 15 November 2014, Jokowi menegaskan akan mengurangi subsidi BBM yang artinya menaikkan harga BBM.

Pidato Jokowi dihadapan pemimpin G-20 bisa ditangkap sebagai laporan pekerja kepada kepada tuannya. Jokowi ingin menunjukkan perintah negara-negera imperialis selama ini agar Indonesia mengurangi subsidi energi, benar-benar akan dilaksanakan. Hal ini sekaligus mengokohkan  bahwa rezim Jokowi akan melanjutkan kebijakan rezim neoliberal sebelumnya yang tunduk kepada Barat dan bekerja untuk melayani kepentingan negara-negara penjajah.

Kita tahu bahwa mengurangi subsidi BBM yang itu artinya menaikkan harga BBM,  memang merupakan perintah dari tuan-tuan besar negara-negara imperialis. Salah satu keputusan penting dalam pertemuan G-20 yang berlangsung di Pittsburgh, Amerika Serikat (AS) pada September 2009 adalah kesepakatan seluruh anggota G-20 untuk mengurangi subsidi BBM secara bertahap.

Seperti rezim-rezim neoliberal sebelumnya, Jokowi tampaknya tidak peduli, kalau kebijakan mengurangi subsidi BBMpasti menambah penderitaan rakyat. Rakyat miskin dipastikan bertambah, biaya hidup akan semakin meningkat. Jokowi dengan arogan mengatakan siap untuk tidak populer.

Rezim liberal Jokowi ini pun tampaknya tidak takut dengan doa khusus Rasulullah SAW terhadap para penguasa yang menyengsarakan rakyat. “Ya Allah, siapa saja yang mengatur suatu urusan umatku, lalu dia menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia; dan siapa saja yang mengatur suatu urusan umatku, lalu dia berlaku baik kepada mereka, maka perlakukan dia dengan baik” (HR Ahmad dan Muslim).

Kita perlu menegaskan, perintah untuk menaikkan harga BBM dengan bahasa tipuan mengalihkan subsidi BBM, merupakan proyek utama lembaga-lembaga liberal dunia. Jauh sebelum pemilu, ekonom utama perwakilan Bank Dunia di Jakarta Jim Brumby pada Selasa (18/3/204) sudah memberikan ‘warning’, siapapun presiden baru Indonesia diminta untuk menaikkan harga BBM subsidi menjadi Rp 8.500/liter.

Mempertahankan keanggotaan Indonesia dalam G-20 sendiri membuktikan bahwa rezim Jokowi tak lebih dari kelanjutan rezim neoliberal sebelumnya, mengingat G-20 merupakan alat penjajahan Barat untuk menyelamatkan krisis ekonomi negara-negara Barat. Dari segi sejarah, kelahiran G-20 tidak lepas dari krisis 2008 yang dialami negara-negara maju yang tergabung dalam G-8. Untuk mengatasi krisis tersebut, mereka perlu keikutsertaan negara-negara berkembang.

Tujuannya tidak lain untuk memperluas pasar bagi produk barang dan jasa negara imperialis tersebut, mendapatkan bahan mentah dan sumber energi murah dengan tenaga kerja murah serta suntikan modal. Karena pusat krisis itu ada di sektor keuangan maka negara maju dalam G-20 memiliki fokus untuk memperluas ekspansi keuangan. Apalagi G-20 tidak terlepas juga dari organisasi multilateral klub-klub kapitalis dunia seperti seperti APEC, WTO, ASEAN, Trans Pacific Partnership. Itu semua merupakan bagian yang integral dalam liberalisasi perdagangan.

Karena itu, apa yang diperingatkan Salamudin Daeng peneliti  Indonesia for Global Justice (IGJ) pentinguntuk kita perhatikan. Menurutnya, G-20 tidak lain untuk kepentingan negara-negara kapitalis, demi menyelamatkan krisis ekonomi mereka. Lewat G-20 dirancanglah proyek-proyek untuk menguasai sumber-sumber ekonomi dunia ketiga. Maka, bergabung dengan G-20 merupakan bunuh diri secara ekonomi dan politik.

Hizbut Tahrir Indonesia sendiri tidak kenal lelah memperingatkan bahaya tunduk kepada sistema ekonomi liberal global. Semua itu akan menjadikan negeri Islam, termasuk Indonesia, menjadi sapi perah negara-negara imperialis.

Untuk menghentikan semua bentuk penjajahan ini, tidak ada jalan lain, kecuali dengan  cara mencampakkan sistem ekonomi kapitalis global dengan segala perangkatnya ke tong sampah peradaban. Sekaligus menyatukan negeri-negeri Islam di bawah naungan Khilafah Islam. Di bawah negara Khilafah Islam, kekayaan alam berupa barang tambang yang melimpah dan strategis benar-benar akan menjadi milik umum (rakyat), dikelola oleh negara dan dipergunakan untuk menyejahterakan rakyat.

Di sinilah letak penting perjuangan khilafah yang sedang secara sungguh-sunguh diperjuangkan Hizbut Tahrir bersama umat. Khilafah akan menghentikan penjajahan negara kapitalis atas negeri Islam, menghentikan liberalisasi migas. Khilafah akan menjamin kebutuhan sandang, pangan, dan papan rakyat tiap individu rakyat, serta memberikan jaminan pendidikan dan kesehatan gratis. Semua itu dicapai dengan menerapkan syariah Islam secara totalitas, yang itu merupakan kewajiban dari Allah SWT. Insyaallah itulah yang akan mengantarkan kita kepada kebahagian di dunia dan akhirat. Allahu Akbar! [] Farid Wadjdi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*