Sekitar 36 juta pria, wanita dan anak-anak tahun ini ada dalam cengkeraman perbudakan di seluruh dunia, menurut edisi kedua majalah Global Slavery Index, yang dikeluarkan oleh Walk Free Foundation. Laporan dalam majalah ini menggambarkan tentang kejahatan tersembunyi di balik bisnis besar. Dalam hal ini, organisasi berusaha mengaitkan penyebab perbudakan dengan proses eksploitasi terhadap prinsip kebebasan individu. Adapun perbudakan modern sering disebut dengan human trafficking atau perdagangan manusia, jeratan hutang, kerja paksa, kawin paksa, prostitusi, serta penjualan dan eksploitasi anak-anak.
Hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa perbudakan modern dilakukan di 167 negara, di mana yang berada di garis depan adalah India (negara demokrasi terbesar di dunia), dengan 14 juta dari 1,2 miliar orang mengikuti sistem perbudakan modern. Lalu, secara berurutan diikuti oleh Cina dengan 3,2 juta orang, Pakistan 2,1 juta orang, Uzbekistan 1,2 juta orang, Rusia 1,05 juta orang, Nigeria 8834.200 orang, Republik Demokratik Kongo 762.200 orang, Indonesia 714.100 orang, Bangladesh 680.900 orang, dan Thailand 475.300 orang. Dimana dari sepuluh negara tersebut adalah 71% dari jumlah total orang yang hidup di bawah bayang-bayang perbudakan, yang jumlahnya mencapai 35.8 juta orang. Adapun rata-rata tertinggi tingkat perbudakan modern bagi sebuah penduduk ditemukan di Mauritania dan Eropa, bahwa mereka yang berada dalam sistem ini sebanyak 566.000 orang, terutama Turki yang mencapai 185.000 orang. Dan pada saat yang sama, angka-angka tersebut membuktikan bahwa perbudakan tidak ada hubungannya dengan kemiskinan.
Hilangnya jutaan manusia, khususnya perempuan dan anak-anak, dari kemanusiaannya dalam menghadapi eksploitasi ekonomi dan seksual merupakan salah satu hasil dari ideologi kapitalisme. Ideologi ini melalui nilai-nilai positivisme dalam ekonomi dan kepentingan egois telah menghasilkan eksploitasi para penguasa, pengusaha dan minoritas orang kaya untuk mengubah dunia ini menjadi sebuah surga bagi mereka, sementara hak dan nilai-nilai orang lain hilang sia-sia. Berbeda dari ideologi kapitalisme, ideologi Islam bukanlah buatan manusia, namun dibuat oleh Allah SWT, Dzat yang menciptakan manusia. Islam bertujuan untuk mencegah tirani dalam bentuk apapun, termasuk penghapusan perbudakan individu. Rasulullah, Muhammad saw bersabda: “Ada tiga yang kelak akan menjadi musuh saya pada hari kiamat. Orang yang memberi atas nama saya dan kemudian ia mengkhianati, orang yang menjual orang merdeka dan memakan harganya, dan orang yang mempekerjakan seseorang, lalu setelah pekerjaannya selesai, ia tidak memberikan gajinya.” (HR. Bukhari).
Sesungguhnya tujuan dari memahami ekonomi dalam Islam dan politik ekonominya adalah untuk efektivitas dalam pendistribusian kekayaan, sehingga mampu memenuhi kebutuhan primer (dasar) setiap individu. Dan pada saat yang sama juga memungkinkan setiap orang untuk memenuhi kebutuhan sekunder, dengan memperoleh barang-barang mewah. Adapun perzinahan dan prostitusi khususnya, terutama memaksa melakukan prostitusi, maka hukumannya adalah berat. Sehingga hal itu dapat mencegah orang-orang yang ingin mendapatkan keuntungan melalui eksploitasi seksual kaum perempuan dan anak-anak. Untuk itu, Islam mendorong kaum Muslim untuk peduli terhadap orang-orang di sekitarnya, seperti para kerabat, tetangga dan lain-lainnya. Juga, Islam mengharuskan negara untuk membayar utang dari orang yang tidak mampu membayarnya. Inilah prinsip-prinsip Islam dalam menanggulangi kemiskinan, dan segala bentuk penindasan, termasuk perbudakan. Islam bertujuan untuk mewujudkan kembali perdamaian dan keadilan di dunia, di mana saja dan kapan saja, dengan kembali menerapkan hukum-hukum Allah melalui negara Khilafah Rasyidah berdasarkan metode kenabian. [Ummu Khalid]
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 25/11/2014.