Ribuan Pengungsi Rohingya Hilang di Laut, Pemimpin Muslim ASEAN Tidak Peduli

Seorang anak berdiri di kampung nelayan muslim Rohingya (Foto: Reuters)

Seorang anak berdiri di kampung nelayan muslim Rohingya (Foto: Reuters)

Ribuan pengungsi Rohingya yang meninggalkan Myanmar menggunakan kapal pada bulan lalu, hingga saat ini belum mencapai tujuan mereka. Pihak kerabat dan kelompok advokat pembela kaum minoritas yang teraniaya merasa khawatir kapal para pengungsi tersebut telah dilarang mencapai pantai.

Reuters.com (15/11) memberitakan sekitar 12.000 pengungsi Rohingya yang beragama Islam ini telah meninggalkan negara bagian Rakhine di Barat Myanmar sejak tanggal 15 Oktober lalu. Tujuan para pengungsi tersebut adalah Malaysia.

Sebagaimana yang diketahui, puluhan ribu Muslim Rohingya mengungsi setelah bentrokan yang mematikan dengan umat Buddha di negara bagian Rakhine. Akhirnya, banyak orang Rohingya yang kini tinggal di kamp-kamp kumuh dengan sedikit atau tanpa akses mendapatkan pekerjaan, kesehatan, atau pendidikan. Para muslim Rohingya yang merupakan kelompok minoritas itu telah tinggal di wilayah Myanmar selama beberapa generasi, akan tetapi hak kewarganegaraan mereka tidak diakui.

Dalam perjalanannya mengungsi ke Malaysia, kebanyakan dari mereka transit di Thailand dan sebagian lagi tetap melanjutkan perjalanannya menuju Malaysia. Nahas, pada saat singgah itu, para penyelundup dan pedagang menahan mereka di kamp-kamp hutan dekat perbatasan Malaysia. Para pengungsi ditahan hingga kerabat mereka membayar uang tebusan untuk membebaskan mereka. Tidak hanya itu, meski selamat dari para penyelundup, para pengungsi yang juga tidak memiliki kewarganegaraan tersebut banyak juga yang ditemukan dan ditahan oleh pemerintah Thailand pada bulan November.

Juru bicara Angkatan Laut Laksamana Thailand Kan Deeubol menanggapi keputusan pemerintah Thailand terhadap pengungsi Rohingnya itu. Kan Deeubol mengatakan ia tidak yakin apakah kebijakan “mendorong kembali kapal” masih berlaku. Akan tetapi, dia menegaskan bahwa Thailand punya hak untuk melarang kapal-kapal ilegal berlabuh di dekat pantai Thailand.

Chris Lewa dari Arakan Project mengatakan, ratusan orang Rohingya yang tidak berlabuh—banyak dari mereka yang kelaparan dan dehidrasi—kemudian diselamatkan dari perairan Indonesia dan India. Sementara yang lainnya dikhawatirkan telah hilang di laut.

Anggota Maktab I’lami DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Farid Wadjdi menyesalkan tidak adanya perhatian para pemimpin muslim ASEAN kepada penderitaan muslimRohingnya itu. “Tidak ada kepedulian pemimpin muslim ASEAN, termasuk Jokowi. Buktinya, dalam KTT ASEAN di Myanmar kemarin, penderitaan Rohingya tidak dipersoalkan.”

“Oleh karena itu, penting untuk menegakkan Khilafah. Sehingga negeri-negeri Islam yang tertindas akan dibebaskan, termasuk Rohingya.” Pungkas Farid (17/11). (mediaumat.com, 26/11/2014)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*