Putilovka, Crimea – Perintah pencarian dikeluarkan atas Muslyadin Muslyadinov yang dituduh membunuh seorang perwira polisi anti huru hara Ukraina, walaupun selusin pria dengan penutup wajah dan bersenjata dikirim oleh otoritas Rusia untuk mengepung rumahnya yang sederhana yang bercat putih di sebuah desa di sebuah gunung yang terletak di Krimea selatan.
Disitu mereka menemukan seorang pria yang berjenggot lebat, beruban, berusia 54-tahun yang berada di kandang sapi sedang memerah susu, tapi tidak menangkapnya atas tuduhan pembunuhan yang diduga dilakukannya di ibukota Ukraina, Kiev, selama berlangsungnya protes anti-Rusia di awal tahun ini. Sebaliknya, mereka dengan kasar memerintahkan Muslyadinov untuk menyerahkan “buku-buku terlarang, senjata dan obat-obatan”, dan menghabiskan hampir lima jam di ruang tamunya untuk dengan susah payah membuat daftar buku-bukunya dan menyita lebih dari seratus buku tentang agama, sejarah dan hukum Islam, katanya.
“Itu adalah buku-buku yang baik yang banyak berisi pengetahuan tentang Islam. Saya berharap saya punya waktu untuk membaca semuanya,” kata Muslyadinov lebih sambil minum secangkir kopi ketika menggambarkan penggeledahan pada pertengahan Agustus. Sambil menyeka keringat dari wajahnya, yang terbakar sinar matahari karena menggembalakan hampir dua lusin sapi dan anak sapi, dia menambahkan, “Mereka bahkan merampas Islam dari anak-anak.”
Setiap pagi, Muslyadinov menggembalakan sapi di dekat reruntuhan masjid abad ke-16, di mana para setiap hari Jumat sore dia menjadi imam shalat bagi sekelompok kecil Tatar Krimea, etnis Muslim yang berbahasa Turki yang telah tinggal di sini selama ratusan tahun, dan sekarang merupakan sekitar 12 persen dari penduduk Krimea yang berjumlah sekitar dua juta.
Berbeda dengan mayoritas etnis Rusia Krimea, sebagian besar dari muslim Tatar menolak aneksasi Rusia di semenanjung Laut Hitam itu pada bulan Maret. Mereka menerjunkan patroli untuk mencegah tentara Rusia, APC, pasukan paramiliter pro-Rusia dan Cossack memasuki desa-desa mereka, dan bahkan menggunakan suatu aplikasi Android untuk mengubah smartphone menjadi walkie-talkie yang menyediakan komunikasi instan dengan ratusan orang.
Moskow menanggapi hal ini dengan mengasingkan tokoh-tokoh masyarakat, melarang demonstrasi, menutup media Tatar dan melumpuhkan Majlis, parlemen informal Tatar. Setidaknya 15 Tatar dan aktivis pro-Ukraina diculik atau hilang, dimana salah satu dari mereka ditemukan tewas dengan bekas-bekas penyiksaan, yang lainnya diduga gantung diri di sebuah gudang terpencil.
Ratusan Muslim ditahan, diinterogasi, didenda untuk memblokir jalan raya selama terjadinya aksi protes. Ada upaya untuk membakar dua masjid sementara beberapa lainnya dirusak. Puluhan rumah, masjid, sekolah agama dan sekolah umum telah digeledah oleh aparat penegak hukum Rusia pada bulan-bulan setelah pengambilalihan wilayah itu, menurut kelompok HAM dan para saksi.
“Sejak kemerdekaan Ukraina, komunitas Muslim bisa berkembang dengan bebas, tanpa batasan,” kata Enver Kadyrov, seorang advokat HAM yang melarikan diri dari Krimea pada bulan Mei untuk lari ke kota di Ukraina barat, Chernovtsy, karena takut dianiaya. “Sekarang, di bawah pendudukan, karena perkembangan yang bebas ini, jelas menjadi alasan untuk menekan Muslim Krimea.” (Al Jazeera, 26/11/2014)