HTI Press, Jakarta. Sebenarnya yang dikatakan Tri Sakti oleh Jokowi ketika kampanye Pilpres tidak ada kenyataannya, karena baru saja terpilih menjadi presiden sudah menunjukkan Tri Sakit.
“Berupa pengkhianatan dan kebohongan baik di bidang politik, ekonomi maupun budaya!” pekik KH Muhammad Shiddiq Al Jawi, Mudir Ponpes Hamfara, Kasihan Bantul, DIY, Ahad (23/11) di depan Istana Presiden, Jakarta.
Menurut pengasuh rubrik Ustadz Menjawab Tabloid Media Umat tersebut semua ini terjadi karena Jokowi bukanlah pemimpin yang mewakili rakyat, bukan pemimpin yang menyerap aspirasi rakyat tetapi Jokowi adalah pemimpin yang menjadi antek-antek Barat.
“Karena dia didikte oleh Barat secara politik, ekonomi dan dia mengikuti barat secara kepribadian!” tegasnya di depan sekitar 2500 massa aksi penolakan kenaikkan BBM dan liberalisasi migas.
Tri Sakit
Anggota DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) itu juga merincikan argumennya. Pertama, katanya Jokowi akan memberikan kemandirian di bidang politik. Seharusnya kemandirian di bidang politik diwujudkan dengan tidak mau didikte oleh pihak siapa pun apakah itu IMF, Bank Dunia atau pun Amerika.
Sebelum Jokowi jadi presiden, Bank Dunia sudah memberikan saran-saran. Siapa pun, kata Bank Dunia, yang menjadi presiden Indonesia maka dia harus menaikkan BBM. Ada tiga skenario: Naik Rp 1000, naik Rp 2000 dan naik Rp 3000. Ketika Jokowi terpilih menjadi presiden ternyata dia memilih skenario yang kedua yang ditawarkan Bank Dunia yaitu menaikkan BBM Rp 2000.
“Mandiri seperti apa kalau dia mengeluarkan kebijakan yang hanya menguntungkan SPBU-SPBU asing?” tanyanya retoris yang langsung disambut takbir massa.
Kedua, kata Jokowi Tri Sakti itu berdikari secara ekonomi tetapi nyatanya, Indonesia berutang terus kepada negara-negara internasional. Sampai September 2014 utang pemerintah sudah mencapai 2600 triliun. Membayar bunganya saja tahun ini 103 triliun. Sedangkan Jokowi menaikkan harga BBM Rp 2000 perliter akan menghemat anggaran Rp 100 triliun.
Padahal bila tahun ini pemerintah melakukan moratorium jangan membayar bunga Rp 103 triliun, tentu saja itu dapat menutupi dana 100 triliun yang kata Jokowi akan digunakan untuk membangun infrastruktur.
“Lagian membayar bunga Rp 103 triliun hukumnya haram. Tetapi Jokowi adalah orang yang tidak mengerti syariat, sesuatu yang haram dia katakan wajib. Dan sesuatu yang menjadi hak rakyat yaitu subsidi dijadikan haram,” bebernya.
Selain itu, lanjut Shiddiq, utang negara pada asing seperti yang selama ini dilakukan pemerintah merupakan jalan bagi pihak-pihak pemberi utang untuk mendikte kebijakan ekonomi negara salah satunya dengan menaikkan harga BBM.
Ketiga, berkepribadian secara budaya. Pertanyaannya berbudaya seperti apa baru dilantik jadi presiden saja dia menggelar konser rock dan konser metal? Jadi itu bukan revolusi mental tetapi revolusi metal! Ia ingin menjadikan rakyat Indonesia, menjadi orang yang mengikuti peradaban Barat.
“Jokowi tidak menginginkan rakyat berbudaya secara islami tetapi berbudaya secara Barat mengikuti budaya orang-orang kafir!”
Bukan hanya menyerukan untuk menurunkan Jokowi, Shiddiq pun mengajak kaum Muslimin mengganti sistem yang berlaku sekarang ini. “Karena dia bisa berkuasa lantaran sistem yang ada sekarang, demokrasi kapitalisme sekuler. Maka yang harus kita lakukan adalah ganti rezim ganti sistem!” kata Shiddiq.
Menurutnya, sistem pengganti tersebut adalah khilafah yang menerapkan syariat Islam dalam segala bidang kehidupan. “Maka, kemandirian di bidang politik, ekonomi dan budaya itu akan bisa terwujud dengan penerapan syariat Islam di dalam wadah khilafah Islam,” pungkasnya.[] Joko Prasetyo, foto: Lardi dan Dili Kusmanto
Setujuuu Ustadz. demoKERAsi memang ide sampah, hanya menghasilkan peradaban sampah, kemunduran dan kedangkalan berpikir !