Warga tidak akan diizinkan untuk mempraktekkan agama di kantor-kantor pemerintah, sekolah-sekolah umum, pusat bisnis atau lembaga
Wilayah Xinjiang China (Turkestan Timur) telah melarang praktek beragama di gedung-gedung pemerintah dan akan mengenakan denda terhadap siapa saja yang menggunakan Internet untuk ‘merusak persatuan nasional’, dalam suatu paket peraturan baru.
Peraturan itu, yang disahkan oleh komite parlemen Xinjiang pada hari Jumat, menetapkan hukuman antara 5.000 hingga 30.000 Yuan ($ 4.884) bagi individu yang menggunakan internet, telepon seluler atau penerbitan digital untuk melemahkan persatuan nasional, stabilitas sosial atau menghasut kebencian etnis.
Peralatan yang digunakan dalam pelanggaran itu juga dapat disita, Xinhua News Agency melaporkan pada hari Minggu.
Peraturan yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 2015, juga melarang orang untuk mengedarkan dan melihat video tentang pelajaran agama yang ‘radikal’ di dalam maupun di luar tempat dimana agama diajarkan, dan mengharuskan para pemimpin agama untuk melaporkan kegiatan tersebut kepada pemerintah daerah dan polisi, China Daily melaporkan pada akhir pekan.
“Peningkatan sejumlah masalah yang berkaitan dengan agama telah muncul di Xinjiang,” kata Ma Mingcheng, wakil direktur Kongres Rakyat Xinjiang dan direktur komite urusan legislatif, menurut surat kabar Cina.
Orang tidak akan diizinkan untuk mempraktekkan agama di kantor-kantor pemerintah, sekolah-sekolah umum, pusat bisnis atau lembaga. Kegiatan keagamaan harus dilaksanakan di beberapa tempat yang terdaftar, kata laporan itu.
Mereka juga dilarang mengenakan atau memaksa orang lain untuk memakai pakaian atau logo yang berhubungan dengan agama, meskipun jenis pakaian dan logo tidak ditentukan, kata surat kabar itu.
Xinjiang, yang merupakan tempat bagi orang-orang Muslim Uighur, telah dilanda kekerasan selama bertahun-tahun, dan telah disalahkan oleh pemerintah karena para”ekstremis yang menginginkan sebuah negara merdeka yang disebut Turkestan Timur.”
Kelompok HAM dan orang-orang buangan mengatakan masalahnya lebih berkaitan dengan pembatasan yang keras oleh Beijing atas adat budaya dan agama orang-orang Uighur dan meragukan keberadaan adanya sebuah kelompok yang memerangi pemerintah.
Pekan lalu, 15 orang tewas dalam kerusuhan terbaru di Xinjiang.
Wilayah yang kaya akan energi ini merupakan wilayah strategis di perbatasan Pakistan, India, Afghanistan dan Asia Tengah.(worldbulletin.net, 1/12/2014)