“Keluarga dan Generasi Tangguh di Era Perdagangan Bebas.”
HTI Press. Sumedang, Sabtu 22 November 2014. Muslimah Hizbut Tahrir DPD II Sumedang menggelar acara Liqo’ Muharram Muballighoh dengan tema, “Keluarga dan Generasi Tangguh di Era Perdagangan Bebas.” Acara ini diselenggarakan untuk mempererat shillah ukhuwwah dengan para simpul umat. Tak kurang dari 31 orang simpul umat hadir memenuhi ruangan di Cafe Hall GIM. Mereka adalah ibu-ibu ketua dan penggerak MT, ustadzah dan muballighoh yang datang dari wilayah Sumedang Kota, Cimalaka, Wado, Tanjungsari, dan Jatinangor.
Hadir sebagai pembicara pertama, Dra. Odah yang memaparkan Potret Buram Keluarga dan Generasi, Buah Liberalisasi. Mantan anggota DPRD kab. Sumedang ini, menjelaskan bahwa dampak sosial dari pasar bebas membuat perempuan, keluarga, dan generasi menjadi rusak. Perempuan dimobilisasi ke dunia kerja. Yang imbasnya adalah lepasnya hadlonah (pengasuhan) anak. Lantas bagaimana dengan laki-laki? Pengangguran terbuka bagi laki-laki. Yang akhirnya terjadi pengalihan tanggung jawab nafkah. Alhasil fungsi Qowwam tereduksi. Adapun dampak untuk generasi adalah terjadi krisis identitas, dekadensi moral, dan penelantaran anak. Dan ujung dari semua dampak sosial ini adalah kehancuran keluarga.
Pembicara kedua, Ustadzah Lusiyanti, S. Ag., memaparkan bahwa Khilafah tidak menggunakan pasar bebas, karena pasar bebas bertentangan dengan Islam. Khilafah akan menjadi pelindung dan pelayan rakyat dan Khilafahlah satu-satunya sistem yang akan menyelamatkan keluarga dan generasi. Lusiyanti pun mengajak kepada Muballighoh untuk membina umat dan menjaga kejernihan pemikiran umat dari berbagai pemikiran dan perilaku yang bertentangan dengan Islam, termasuk LIBERALISASI PERDAGANGAN (PASAR BEBAS).
Antusiasme datang dari beberapa tokoh muslimah Sumedang yang tak ragu untuk bertanya. Pertanyaan pertama datang dari ibu Tati asal Sukasari. Sambil menahan tangis Tati berkata, “Kapan Khilafah itu akan tegak? Akankah umur saya cukup untuk merasakannya?” . Ustadzah Lusiyanti menanggapi dan mengatakan bahwa ada 3 tahapan dalam dakwah Hizbut Tahrir, tasqif (pembinaan), interaksi dengan umat, dan penyerahan kekuasaan. Dan jika semua tahapan tersebut sudah dilakukan, maka tinggal satu langkah lagi untuk tegaknya Khilafah Islamiyah. InsyAllah.
Pertanyaan kedua datang dari Yani asal Jatinangor yang bertanya tentang dampak positif dari MEA. Odah pun menanggapi dan berkata dengan singkat dan jelas, “Tak ada buah yang baik jika akarnya sudah busuk.” Artinya, tidak ada hal positif dari sistem yang rusak.
Acarapun diakhiri dengan doa oleh Ustadzah Lilis. Seluruh peserta bermunajat kepada Allah agar perjuangan untuk menerapkan syariat Allah ini segera dimenangkan oleh Allah SWT, dan umat manusia segera hidup dalam naungan keagungan Islam. Aamiin.