MHTI DPD I Medan dan Muballighah Tolak Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
HTI Press. Medan, Ahad 16 November 2014. Sekitar 150 orang Muballighah menghadiri munaqasah Liqa Muharram Muballighah yang diadakan oleh MHTI DPD I SUMUT di Aula Fak.Dakwah IAIN Sumatera Utara 014. “Pasar Bebas Menghancurkan Keluarga dan Generasi. Selamatkan dengan Khilafah”, menjadi tema dalam acara tersebut.
Ketua MHTI melalui Ketua MHTI DPD I SUMUT Ustadzah Asmaul Husna membuka acara dengan menyampaikan bahwa, orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan pernah tinggal diam untuk terus menghancurkan umat Islam. Untuk itu kita harus bangkit dan waspada. Dan Para Muballighah dan Asatidzah adalah pihak yang paling mempunyai tanggung jawab besar dalam menjaga umat khususnya para perempuan dari tattabi’a millatahum (mengikuti ajaran Yahudi dan Nashrani-al Baqarah 120). Karena perempuan menjadi pintu masuk kehancuran keluarga dan para Muballighah dan Asatidzah adalah barisan penjaga umat dan generasi dari buruknya nilai-nilai dan system kufur. Ini dikarenakan kelebihan ilmu dan ke’arifan yang ada pada ibu-ibu semua.
Munaqasah Liqa Muharram Muballighah yang dipandu oleh Ustadzah Linda Wulandari, S.Pt mampu membuka mata para muballighah bahwa Masyarakat Ekonomi Asean- yang dipaksakan pemerintah untuk diterima rakyat – tidak akan bisa menjamin kesejahteraan kaum perempuan, bahkan dengan MEA kaum perempuan akan semakin digiring untuk memasuki dunia kerja dengan gaji yang tetap tak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga kaum perempuan pun tersibukkan dengan dunia kerja yang rawan eksploitasi dan pelecehan seksual. Hal ini seperti yang dipaparkan oleh pemateri pertama Dra Jamiah R Syam dalam materinya “Pasar Bebas Menghancurkan Keluarga dan Generasi”. Pasar Bebas termasuk MEA juga akan mengakibatkan banyaknya perempuan yang menggugat cerai para suami sehingga keluarga-keluarga di Indonesia akan menuju kehancurannya. Dalam materinya beliau menyimpulkan dampak sosial dari pasar bebas adalah rusaknya generasi, lepasnya tanggungjawab perempuan untuk mendidik anak-anaknya, dan pengangguran terbuka bagi laki-laki. Lantas jika Pasar bebas memang tidak menghasilkan kesejahteraan apa yang mesti kita lakukan?
Para Muballighah yang hadir dalam acara Munaqasah itu pun sepakat untuk menolak MEA dengan cara mendakwahkan Islam kaffah ke tengah-tengah masyarakat, termasuk menjelaskan ke masyarakat tentang cara khilafah mensejahterakan kaum perempuan. Ustadzah Sri Cahyo Wahyuni yang tampil sebagai pemateri kedua menyampaikan materi tentang :”Mekanisme Khilafah Mewujudkan Kesejahteraan Tanpa Pasar Bebas”. Menurutnya, Pasar bebas hanya bisa ditolak Negara yang menerapkan sistem Islam secara kaffah, karena dalam khilafah lah bisa diterapkan politik ekonomi Islam. Dalam kaca mata Islam pasar bebas adalah haram karena pasar bebas merupakan jalan bagi orang kafir untuk menguasai orang mukmin. Keharaman pasar bebas itu berdasarkan ayat al Qur’an surat an-Nisa ayat 141:”Dan Allah sekali-kali tidak akan pernah memberikan jalan kepada orang kafir untuk menguasai orang beriman beriman.”(TQS an-Nisa :141). Sri Cahyo juga menjelaskan tentang strategi perdagangan yang akan dijalankan oleh system khilafah. Lantas ketika saat ini khilafah belum ada, apa yang bisa kita lakukan? Menurut Ibu Mastodewany (pengurus Al hidayah Propinsi Sumut) dan ibu Hasnah Ketua Majelis Taklim di Kota Medan, caranya tidak lain adalah mengajak umat untuk berjuang bersama Hizbut Tahrir menegakkan Khilafah Islamiyyah.
Di penghujung Acara Ustadzah Honriani Nst (Koordinator Tim Media MHTI DPD I SUMUT) membacakan press releas dari juru bicara MHTI.