Press TV (2/12) melaporkan bahwa ribuan Muslim Rohingya pengungsi dari Myanmar, yang berkemah di beberapa negara bagian di India, harus hidup dengan situasi yang mengerikan di sana.
“Kami telah menyeberangi perbatasan untuk mencapai India agar kami selamat. Alhamdulillah, kami masih hidup. Tapi, kami sangat kekurangan makanan, obat-obatan, dan pakaian,” kata seorang Muslim Rohingya kepada Press TV di sebuah kamp di pinggiran kota New Delhi.
“Kami bahkan tidak memiliki toilet. Hal ini sangat memalukan,” tambahnya lagi.
PBB mengatakan kaum Muslim Rohingya dari Myanmar adalah salah satu kaum minoritas yang paling teraniaya di dunia. Kaum Muslim itu telah mengungsi akibat kekerasan, sehingga memaksa mereka untuk menyelamatkan diri menuju negara-negara tetangga.
“Kami tidak diterima di mana-mana. Anak-anak kami tidak sekolah,” kata seorang pengungsi lain, sambil menambahkan, “Jika ada yang sakit, rumah sakit tidak bersedia menerimannya.”
Myanmar menolak kewarganegaraan sebagian besar dari 1,3 juta orang Rohingya, di samping itu juga memberikan pembatasan pergerakan mereka, pernikahan, dan juga dalam hal kesempatan berekonomi.
Thailand dan Malaysia telah dikecam oleh kelompok-kelompok HAM atas perlakuan mereka yang buruk terhadap para pengungsi Rohingya.
PBB baru-baru ini menyetujui sebuah resolusi yang menyerukan kepada pemerintah di Myanmar untuk memberikan kewarganegaraan penuh kepada kaum minoritas Muslim yang teraniaya itu, dengan menekan negara itu untuk membatalkan RUU Identitas yang menuai kontroversi. RUU tersebut menuntut orang Rohingya untuk menyebut diri mereka sebagai orang Bengali, bukan sebagai orang Myanmar. (Press TV, 2/12/2014)