Sebagaimana dirilis oleh Press TV (Senin, 8/12/2014), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah berjanji untuk mewajibkan pengajaran bahasa Utsmani di sekolah-sekolah tinggi.
Saat berbicara pada pertemuan di sebuah dewan agama di Ibukota, Ankara, Senin, Erdogan menggarisbawahi perlunya pelajaran Utsmani sebagai cara untuk memulihkan hubungan Turki yang terputus dengan “akarnya”. Ia mencatat bahwa mayoritas rakyat Turki tidak dapat membaca tulisan di batu nisan nenek moyang mereka.
“Ada orang-orang yang tidak ingin hal ini harus diajarkan. Ini adalah bahaya besar. Mereka suka atau tidak, bahasa Utsmani akan dipelajari dan diajarkan di negeri ini, “kata Erdogan.
Pada akhir pekan, Dewan Pendidikan Nasional Turki, yang terutama terdiri dari para anggota yang didukung oleh pemerintahan Erdogan, melakukan voting yang mendukung pemberlakuan kelas wajib tentang Utsmani di sekolah-sekolah tinggi agama dan sebagai mata pelajaran pilihan di sekolah menengah biasa.
Bahasa Turki Utsmani digunakan sebagai bahasa administrasi Imperium Utsmani (baca, Khilafah Utsmaniyah, ed.) selama 600 tahun. Pada tahun 1928, Mustafa Kemal Ataturk, pendiri Turki sekuler menghapuskan bahasa Utsmani dan menggantinya dengan alfabet latin.
Erdogan menggambarkan penghapusan bahasa Utsmani itu memotong “urat nadi,” Turki. “Ini adalah bencana yang diderita bangsa ini, yang memiliki kualitas ilmiah yang unggul sehingga telah kehilangan kearifannya,” katanya.
Presiden Turki itu menyatakan penyesalan atas kenyataan bahwa bahasa Utsmani dapat dipelajari di Jerman, “namun sayang, hal ini tidak terjadi di sini (Turki).”
Para kritikus mengatakan bahwa rencana baru itu ditujukan untuk menggulirkan kembali reformasi sekuler Ataturk.
Pemimpin oposisi, Kemal Kilicdaroglu, memperingatkan bahwa tindakan tersebut adalah usaha untuk mencegah anak-anak Turki untuk “mempertanyakan dunia.”
“Mereka ingin mengubah Turki menjadi Negara di Abad Pertengahan, tetapi mereka tidak akan pernah berhasil.”
Sebaliknya, para pendukung rencana itu berpendapat bahwa pelajaran wajib bahasa Utsmani diperlukan bagi bangsa Turki untuk bisa mempertahankan hubungannya dengan masa lalu setelah reformasi radikal yang dilakukan Ataturk.
Namun demikian, di atas semua itu, yang diperlukan oleh bangsa Turki sesungguhnya bukanlah sekadar bahasa Utsmani, tetapi yang lebih penting adalah ideologi (mabda’) Islam yang selama ratusan tahun diterapkan oleh Khilafah Utsmaniyah. Penerapan ideologi Islam sepanjang masa Kekhilafahan Utsmani tercermin dari penerapan syariah Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan: ekonomi, sosial, budaya, hukum/peradilan, pendidikan, termasuk politik dan pemerintahan dalam bentuk institusi Khilafah.
Tidak bisa dibantah, saat di bawah naungan Khilafahlah sesungguhnya bangsa Turki menjadi bangsa yang maju bersama bangsa-bangsa Muslim yang lain sekaligus menjadi bangsa yang disegani oleh bangsa-bangsa lain. Sebaliknya, gara-gara Khilafah Utsmaniyah diruntuhkan oleh Mustafa Kemal dan Turki diubah menjadi negara sekuler, Dunia Islam, khususnya Turki, tak pernah bisa bangkit, apalagi bisa bersaing dengan Barat, hingga saat ini. [riza/arif]