Para anggota parlemen Yordania menyatakan kekhawatiran mereka atas perjanjian gas dengan Israel dan menuntut agar pemerintah mencari alternatif
Parlemen Yordania memilih untuk menentang kesepakatan RUU yang akan menetapkan untuk mengimpor gas dari Israel.
Mereka meminta pemerintah untuk tidak menandatangani perjanjian itu dan menekankan perlunya mencari alternatif lain untuk mengamankan kebutuhan gas negara itu.
Selama persidangan kemarin, Perdana Menteri Yordania Abdullah Ensour mengatakan pemerintah sedang mencari alternatif, terutama dari negara-negara Arab, dan menyatakan kesediaan pemerintah untuk membeli gas dari negara-negara Arab seperti Qatar, bahkan jika harganya agak lebih tinggi dari harga gas Israel.
Ketika berbicara di hadapan parlemen pada hari Selasa, Menteri Energi Mohammad Hamed mengatakan bahwa pembelian gas dari Noble Energy AS tidak mengancam masa depan Jordan dan tidak menempatkan perekonomian Yordania pada belas kasihan siapa pun.
Noble Energy memiliki hak waralaba atas ekstraksi gas dari Israel dan telah menandatangani kesepakatan awal dengan Perusahaan Listrik Nasional, yang sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga yang Perusahaan Listrik Yordania akan membeli gas selama 15 tahun dengan total biaya diperkirakan $ 15 miliar.
Menteri mengatakan bahwa kekhawatiran yang dirasakan Yordania untuk tertawan ke sumber gas tertentu adalah mustahil, dan menunjukkan bahwa langkah untuk mengimpor gas alam dari Noble Energy tidak akan menempatkan perekonomian Yordania pada belas kasihan negara manapun.
Yordan menderita tantangan ekonomi yang signifikan, dimana yang paling penting adalah tingginya biaya untuk energi. (Middle East Monitor, 11/12/2014)