[AUDIO] KIN Ke-2 Jakarta 21 Desember 2014

Pendengar yang dirahmati Allah, Alhamdulillah telah berlangsung Kongres Ibu Nusantara (KIN) Kedua, pada Ahad 21 Desember 2014 di Tenis Indoor Senayan Jakarta.

Kami ingin berbagi jalannya acara pada agenda tersebut.

Mari simak ulasan fakta perempuan hari ini, disampaikan oleh Mas-ulah Aammah Muslimah Hizbut tahrir Indonesia, Ustadzah Ir. Ratu Erma Rachmayanti dalam Kalimah iftitah.

Orator Pertama, Ir. Retno Sukmaningrum, MT, dari Dewan Pimpinan Pusat Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, menyampaikan orasi berjudul Indonesia dalam Cengkeraman Neoliberalisme dan Neoimperialisme.

“Pemerintah mengatakan: sudahlah, sudah untung mereka mau investasi ke negara kita. Padahal sejatinya kita hanya dijadikan objek buruh murah”.
Demikian sepenggal pengantar Orator Kedua, disampaikan oleh MC.

Orator Kedua, Ibu Nida Sa’adah, SE.,Ak.,M.E.I, dari Dewan Pimpinan Pusat Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, menyampaikan orasi berjudul Matinya Fungsi Negara Akibat Neoliberalisme dan Neoimperialisme.

Orator Ketiga, Ustadzah Ishmah Kholil, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, menyampaikan orasi berjudul Khilafah Menjamin Kebutuhan Ibu dan Anak. Pada orasi tersbut disampaikan tugas-tugas negara, salah satunya adalah sebagai raa’in. Mari simak selengkapnya.

“Tidakkah kita merindukan zaman di mana manusia diatur oleh aturan Allah Yang Maha Adil?”. Itulah sedikit pengantar yang dibacakan oleh MC, sebelum sesi Press Release.

“Muslimah Hizbut Tahrir senantiasa mengajak pada aktivitas yang kongkrit”.
Press Release KIN Ke-2, dibacakan oleh Juru Bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, Ustadzah Iffah Ainurrohmah.

Pada acara ini, sesi pertanyaan dibuka melalui sms atau fanpage Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia. Pertanyaan pertama ditujukan kepada Ibu Nida Sa’adah “Bagaimana mengembalikan negara agar menjalankan fungsinya untuk mengurus dan melayani rakyat?”.

Pertanyaan kedua ditujukan kepada Ibu Ishmah Kholil “Bagaimana agar Ibu-Ibu mengerti kerusakan demokrasi?”.

Pertanyaan ketiga ditujukan kepada Ibu Retno Sukmaningrum “Kekayaan Indonesia sangat luar biasa, namun rakyatnya menderita, bagaimana kita bisa keluar dari keadaan tersebut, sedangkan rakyat belum percaya bahwa Khilafahlah yang bisa menghilangkan kondisi ini?”.

Setelah sesi tanya jawab, MC meminta kepada tokoh yang hadir untuk memberikan testimoni tentang acara ini.
Testimoni pertama diberikan oleh Prof. Zur’aini, beliau adalah ketua FCMP, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, juga seorang anggota majelis guru besar Universitas Trisakti
“Kita tadi tahu kenapa Ibu-Ibu menderita, mungkin kita tidak, tapi yang lain banyak, karena fungsi negara tidak jalan.”

Testimoni kedua diberikan oleh Hj. Durrah Baraja, beliau pernah menjabat sebagai Hakim Tinggi.
“Rumah tangga itu harus ditegakkan secara syariah Islam”.

Testimoni ketiga diberikan oleh Ibu Rina Tertiana, beliau adalah Kepala Bagian Keuangan Sekda Kabupaten Bogor.
“Mudah-mudahan kita bisa lebih menempatkan wanita pada kodratnya”.

Setelah sesi testimoni, MC mengisahkan saat-saat terakhir Rasulullah Shollallahu ‘alaihi Wasallam. Kemudian dilanjutkan dengan penandatangan rekomendasi KIN Ke-2 oleh para Tokoh yang hadir.

Sebelum KIN Ke-2 diakhiri, Ustadzah Mahbubah Aseri memimpin do’a dengan khusyuk.

Kunjungi http://muslimah-htichannel.blogspot.com/2014/12/playlist-kin-ke-2-jakarta.html untuk mendengarkan playlist (memutar tanpa jeda) KIN Ke-2 Jakarta.

Di sela-sela jalannya agenda Kongres Ibu Nusantara Ke-2 Jakarta, Maktabah Natiqoh I’lamiyyah Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, di salah satu ruangan pada Tennis Indoor Senayan, mengadakan konferensi pers yang tidak kalah luar biasa, diwarnai dengan berbagai pertanyaan dari para wartawan dan dijawab dengan lugas oleh Ustadzah Iffah Ainurrahmah selaku Juru Bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, dan Ustadzah Dedeh Wahidah Ahmad selaku ketua panitia KIN Ke-2 Jakarta.

Sesi pertama, kedua narasumber menjawab pertanyaan tentang bagaimana Muslimah Hizbut Tahrir meng-sinkron-kan keinginannya dalam mendirikan Khilafah untuk menghentikan derita Ibu dan anak dalam kondisi Indonesia saat ini? Juga pertanyaan bahwa derita Ibu dan anak itu muncul mungkin karena belum ada sosok yang bisa ditiru oleh para perempuan. Mari simak jawaban yang diberikan oleh kedua narasumber.

Sesi kedua, pertanyaan tentang bagaimana peran dan fungsi perempuan pada ranah publik maupun ranah domestik, kemudian tentang wacana pengurangan jam kerja pada perempuan.

Sesi ketiga, pertanyaan yang diajukan yaitu tentang bagaimana cara kita menyikapi rezim neoliberalisme pada diri sendiri?

Sesi terakhir. Ada info karyawati BUMN dilarang menggunakan jilbab panjang, bagaimana pendapat Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia tentang ini?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*