Mantan Komisioner Komnas HAM Saharuddin Daming menyatakan pendapatnya terkait maraknya perayaan natal bersama di negeri berpenduduk mayoritas Muslim.
“Maraknya Natal bersama bisa jadi ini adalah indikasi keberhasilan kelompok-kelompok sekularisme, pluralisme dan liberalisme (Sepilis) yang memang dari semula yang ingin menjadikan Indonesia itu menjadi target paham paham mereka,” ujarnya seperti diberitakan Tabloid Media Umat Edisi 141: Racun Toleransi di Akhir Tahun, Jum’at (26 Shafar-10 Rabiul Awal 1436H/19 Desember – 1 Januari 2015).
Ia juga menegaskan tentang toleransi antara Islam dengan non Islam itu jelas sangat berbeda. Jangankan Natal bersama, untuk sekedar menjawab salam saja sudah ada aturannya. Apalagi sudah ikut Natal bersama, waduh itu sudah sangat keterlaluan. Dengan dasar dan dalih apa pun dalam Islam sangat tidak dibenarkan.
“Saya sangat prihatin ketika yang melakukan Natal bersama itu adalah tokoh apalagi pejabat publik karena itu sangat problematik apalagi ditayangkan media dan ditonton oleh masyarakat kita, keluarga-keluarga Muslim yang tingkat keilmuannya di bidang agama itu masih sangat rendah akan mudah langsung mencontoh sehingga menjadi tren, jadi tidak terasa bahwa itu sebuah penyimpangan yang serius sekali di bidang akidah,” bebernya.
Daming menghimbau pejabat publik Indonesia terutama dari kalangan Muslim agar menempatkan posisi keislamannya itu secara kaffah dan tidak melakukan upaya-upaya pencampuradukan akidah atas nama persamaan, atas nama toleransi, atas nama egaliter, apalagi pluralisme. “Sama sekali kita tidak dapat menerima argumentasi itu karena itu semua sudah jelas dalam Islam kedudukannya, lakum diinukum waliyaddin,” tegasnya.
Daming juga sangat jengah melihat iklan Kementerian Agama di televisi, kok iklannya seperti itu ya? Mengapa toleransi dan pluralisme kok gencar diiklankan ya? Kenapa yang diiklankan bukan konsep ketaatan kepada Sang Pencipta? Atau mengapa tidak mengiklankan keharaman korupsi? Soal di Indoensia kan itu, negeri ini kan tidak bermasalah dari toleransi. Tetapi mengapa toleransi yang tiba-tiba ditonjol-tonjolkan?
“Saya yakin ini terjebak dalam konsep konsep liberal yang ditanamkan kelompok kelompok Sepilis untuk menggiatkan kembali budaya jilat menjilat yang dilakukan oleh para pembantunya RI 1, seolah olah akan mendapatkan kredit poin dari RI 1 kalau melakukan hal itu he… he.. he…,” pungkasnya. (mediaumat.com, 22/12/2014)