oleh Lola Young
Inggris memperlakukan kaum muda minoritas dengan kecurigaan, dan memenjara orang kulit hitam dengan proporsi yang lebih besar di Amerika Serikat.
“Kaum muda telah tumbuh dengan rasisme dan diskriminasi pada sebagian besar aspek kehidupan mereka.”
Bayangkan hal ini: Anda sedang duduk di kereta sambil mempelajari catatan untuk pidato. Tidak ada yang mau duduk dekat dengan Anda, penumpang lain lebih memilih untuk melewati beberapa stasiun dengan berdiri. Anda sampai di tempat tujuan. Anda memberikan pidato, kemudian menjawab pertanyaan yang menyelidik. Setelah itu, seorang audien mendekati Anda dan meminta maaf. Dia mengaku melihat Anda di stasiun, ketika itu Anda sedang duduk dengan komputer dan ransel Anda. Dia lantas tidak mau naik kereta, karena mengira Anda mungkin seorang pembom bunuh diri.
Atau bayangkan, saat Anda berjalan dengan adik Anda ke halte bus, dan Anda melihat seorang wanita tua hampir melangkah ke jalur bus hanya untuk menghindari diri Anda. Anda tertawa, dan hal berikutnya yang Anda tahu, polisi datang, radio komunikasi berbunyi, catatan dikeluarkan, dan mengklaim hak untuk menggeledah Anda. Adik Anda lantas ketakutan.
Pertimbangkanlah dampak insiden tersebut dengan berbagai variasinya jika terjadi pada Anda, teman Anda, keluarga Anda, hingga membuat Anda berkesimpulan bahwa Anda tidak akan pernah bisa menjadi diri sendiri dan tidak akan diterima sebagai anggota masyarakat.
Sebagian dari Anda yang membaca hal ini mungkin sudah tidak perlu menggunakan imajinasi, sebab barangkali Anda pernah mengalaminya sendiri. Akan tetapi, bagi Anda yang merasa ini adalah dunia yang asing, tanyakan kepada diri sendiri apakah mental Anda tangguh? Apakah yang Anda cukup berdaya memerangi perasaan bahwa Anda adalah perwujudan mimpi buruk orang lain?
Terganggu oleh angka-angka yang mengkhawatirkan tentang orang muda kulit hitam dan/atau Muslim dalam sistem peradilan pidana, Black Training and Enterprise Group dan organisasi penjara Clinks membentuk tim untuk menggali lebih lanjut statistik tadi.
Dengan dana dari Barrow Cadbury dan kerja sama dari Departemen Kehakiman, selama lebih dari 18 bulan, kami telah bertemu dengan para pelaku dan mantan pelaku berkulit hitam dan Muslim, individu dan organisasi masyarakat yang bekerja dengan mereka, penyedia layanan seperti kriminolog, politisi, pegawai negeri sipil, dan para pembuat kebijakan. Semua tampaknya setuju pada satu hal. Prospek bagi kelompok laki-laki berusia 18 sampai 24 tahun ini cukup suram, bahkan lebih suram daripada yang berkulit putih.
Angka-angka tersebut meresahkan. Ditambah dengan adanya jumlah yang tidak proposional dari kedua kelompok—kulit hitam dan Muslim—yang dihentikan di jalan dan digeledah oleh kepolisian. Fakta yang mengejutkan adalah bahwa Inggris ternyata memenjarakan penduduk kulit hitamnya dengan proporsi lebih besar dibandingkan AS. Dan sejak tahun 2002, persentase kaum Muslim di penjara-penjara yang ada di Inggris dan Wales telah hampir meningkat dua kali lipat—meskipun bertentangan dengan persepsi umum bahwa hanya 1% yang dipenjara karena terorisme.
Di penjara, pola representasi yang tidak proporsional ini berlanjut: para tahanan berkulit hitam/peranakan, secara terpisah, menghabiskan masa tahanannya beberapa hari lebih lama dan lebih sering memperoleh perlakuan kekerasan.
Meskipun hal ini dan beberapa fakta penting lain telah diketahui, namun selama bertahun-tahun kurang ada perhatian dalam mengatasi masalah ini. Memang, persoalan ras dan etnis tampaknya telah menjegal agenda politik, sehingga memberikan alasan bagi keterlibatan agama, ekstremisme, dan imigrasi.
Para pemuda ini telah tumbuh dengan realitas rasisme dan diskriminasi di sebagian besar aspek kehidupan mereka—dari masalah kesehatan mental hingga pendidikan, dari urusan pekerjaan hingga kepolisian. Para pelanggar dan mantan pelanggar hukum yang kami ajak bicara mengalami perlakukan stereotipikal konstan yang merusak. Akan tetapi, dampak hal itu dan bagaimana mereka mengembangkan identitas laki-laki mereka belum sepenuhnya dipahami.
Kurangnya pemahaman yang mendalam dari sebagian politisi dan para pembuat kebijakan atas perbedaan budaya yang tampak di jalanan, di kelas, dan di lembaga-lembaga dan badan-badan, harus segera ditangani.
Ketika kita berbicara kepada para pelanggar hukum Muslim, kebanyakan mereka menekankan bagaimana agama mereka merupakan sumber kekuatan mereka dan membantu mereka melalui masa yang sulit. Namun, shalat berjamaah sering dipandang dengan kecurigaan oleh pemerintah dan dipandang sebagai tanda sedang merencanakan tindakan terorisme. Para tahanan berkulit hitam yang sedang berkumpul dianggap sebagai ancaman—semuanya dikaitkan dengan geng. Tampaknya, retorika politik dan laporan dari media adalah bagian dari pemikiran kelembagaan tentang para pelanggar berkulit hitam dan Muslim.
Pengalaman dan perasaan yang muncul pada mereka, jangan dijadikan pembenaran untuk menjelaskan perilaku mereka yang menyinggung. Tapi tampak jelas bahwa ketidakpuasan yang terus menerus terjadi dalam masyarakat kita dan di lembaga-lembaga kita tidak akan membantu terjadinya rehabilitasi.
Saya tergerak oleh pengalaman seorang mantan pelaku yang telah menghabiskan total 17 tahun penjara, meskipun dia masih di bawah usia 40 tahun. Dia telah berada tahanan, ibunya memiliki masalah kesehatan mental, dan dia hanya mendapatkan sedikit hal dari sekolah. Sejak dibebaskan dari penjara, dia telah melamar 50 pekerjaan tanpa satu pun mendapatkan kesempatan wawancara — kita sudah tahu bahwa laki-laki muda berkulit hitam tanpa catatan kriminal sekalipun bisa sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, apalagi dia. Saat dia memutuskan untuk menjadi wiraswasta, dia mengajukan asuransi untuk mobil. Karena catatan kriminalnya, perusahaan asuransi ingin £12.000 untuk satu tahun. Kita harus bertanya pada diri kita sendiri, bagaimana kita menjaga perasaannya agar tidak tersinggung lagi?
Mengerti bahwa ini bukanlah pertanyaan tentang bagaimana membuat alasan untuk para kriminal, tapi justru untuk mengurangi kejahatan dan munculnya malapetaka, kita harus menemukan cara yang lebih baik untuk mengurangi faktor-faktor yang justru akan menyinggung para pelaku.
Laporan kami bukanlah laporan ras dan etnis pertama dalam sistem peradilan pidana, tetapi hasil buruk yang kami temukan mengindikasikan bahwa masih banyak lagi hal-hal yang harus dilakukan untuk meraih perkembangan yang nyata. [] (theguardian.com, 10/12/2014)