HTI Press, Semarang. Sistem neoliberalisme dan imperialisme yang saat ini tengah berjalan dinilai Agung Wisnu Wardhana membuat negeri ini terpuruk. Indonesia semakin terpuruk karena sistem yang merusak dan menjajah. Demikian pungkas aktivis 98 pada acara Halqah Islam dan Peradaban (HIP) pada Ahad (11/1).
Acara yang digelar oleh HTI DPD Jateng kali ini mengangkat tema “Indonesia Di Bawah Ancaman Neo Liberalisme dan Imperialisme.” Acara ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat dari pengusaha,tokoh masyarakat dan mahasiswa.
Abdullah Iar (DPD I Jateng) menyambut hangat para hadirin, sekaligus kembali mengingatkan bahwa sejatinya berkat Rahmat Allah SWT lah, dahulu para pejuang berhasil mengusir penjajah dari negeri Indonesia ini. Dan saat ini masyarakat seakan terlena dan tidak merasa bahwasannya Indonesia saat ini kembali terjajah, tidak melalui penjajahan secara militer namun melalui akal picik penjajah dengan menerapkan sistem neo liberalisme dan imperialisme kepada negeri Indonesia ini.
Salah satu aktivis mahasiswa angkatan ’98 Agung Wisnu Wardana yang juga hadir dalam acara HIP mengajak mahasiswa saat ini untuk terus bergerak melawan segala bentuk penjajahan. Dia juga mengingatkan kepada para mahasiswa untuk tidak hanya melawan bentuk penjajahan dengan menuntut mengganti rezim yang menerapkan sistem penjajah, namun juga menuntut sistem penjajah itu dibuang dan diganti dengan sistem Islam.
Agung Wisnu Wardana juga menyampaikan kesalahan perjuangan mahasiswa era reformasi saat itu karena mereka hanya menuntut diturunkannya penguasa (rezim) tanpa menuntut digantinya sistem. Akhirnya yang terjadi tidak adanya perbaikan pada Indonesia, malah Indonesia semakin terpuruk karena sistem yang merusak dan menjajah (neo liberalisme dan imperialsme) semakin lama diterapkan, pungkasnya.
Dari DPP HTI Dwi Condro Triono memaparkan bahwa sebenarnya Indonesia itu telah menerapkan sistem yang sebenarnya telah merusak negara barat sendiri sebagai pencetusnya. Sedikit tersadar akan kebobrokan sistem barat tadi, pemerintah mencoba menukil dari perekonomian Islam melalui pendirian lembaga-lembaga keuangan syariah baik dalam bentuk perbankan maupun asuransi. Namun fakta yang yang ada menunjukkan bahwasannya yang terjadi hanya Islamisasi dari sistem Kapitalisme yang merupakan hasil dari neo liberalisme dan imperialisme.
Namun yang lebih berbahaya dari neo liberalisme dan imperialisme itu adalah sebagai alat penjajah untuk mengeruk kekayaan alam Indonesia. Dari sektor migas di Indonesia saat ini 86% nya telah dikuasai asing sedangkan Pertamina hanya menguasai 14% nya, belum lagi sumber daya alam yang lain, kata Dwi Condro.
Terakhir beliau mengajak kepada umat untuk kembali kepada Islam dengan menerapkan hukum-hukumnya secara menyeluruh yang digali dengan metode yang benar dari al Qur’an dan Sunnah. Dalam Islam haram hukumnya menjadikan sumber daya alam yang merupakan aset kepemilikan umum untuk diperjualbelikan. Islam telah mengatur sumber daya alam yang merupakan kepemilikan umum itu dikelola oleh negara untuk kemakmuran rakyatnya, dan hanya dengan memakai aturan Islam lah semuanya akan menjadi berkah dan merupakan jalan yang lurus untuk menuju Surga-Nya. Dan penerapan aturan Islam secara menyeluruh itu hanya bisa ketika ada Khilafah, satu-satunya negara yang akan menerapkannya, pungkas beliau.[] MI Semarang.