Sejak serangan hari Rabu lalu di kantor Charlie Hebdo, komunitas Muslim Perancis telah menghadapi gelombang kekerasan, termasuk pembakaran, penembakan dan penodaan kesucian masjid, setidaknya di 13 kota di seluruh negeri.
Di luar masjid di Port la Nouvelle di selatan dan Le Mans di barat laut, terjadi penembakan. Di Aix les Bains masjid dibakar, dan terjadi ledakan di sebuah masjid dekat Lyon. Seorang anak Muslim dipukuli setelah satu menit mengheningkan cipta untuk para korban yang dilakukan di sekolahnya di Pegunungan Alpen Prancis.
Kepala dan jeroan babi ditempatkan di ruang shalat di Corsica, dan slogan-slogan seperti “Hidup Charlie!!” “Enyah Arab!” dan “Matilah orang Arab!” muncul di dinding di kota-kota Perancis lainnya.
Insiden tersebut persis seperti yang dikhawatirkan oleh otoritas Perancis dan 5 juta Muslim akan terjadi. Satu jam setelah serangan hari Rabu di kantor majalah Charlie Hebdo, Presiden François Hollande memberikan peringatan terhadap hubungan berbahaya antara para teroris Al-Qaeda dan komunitas Muslim pada umumnya.
“Sejak serangan itu, orang-orang melihat saya berbeda – seolah-olah saya ada hubungannya dengan kekerasan ini,” kata seorang wanita Muslim bernama Hind kepada Haaretz.
Beberapa orang Arab dan Muslim yang ikut ambil bagian dalam demonstrasi besar-besaran hari Minggu di Paris mendukung persatuan dan kebebasan berbicara nasional dan mengatakan mereka berharap menunjukkan kepada demonstran non-Muslim Perancis bahwa mereka juga terkejut oleh serentetan kekerasan yang mematikan itu.
Tampaknya banyak Muslim Perancis berharap permusuhan yang meningkat terhadap komunitas mereka akan hilang dengan cepat, terutama karena dua orang pahlawan pada serangan pekan lalu itu adalah Muslim.
Beberapa kelompok Muslim yang memutuskan untuk tidak berpartisipasi dalam unjuk rasa itu setelah mendengar bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman mengatakan mereka akan hadir.
“Demonstrasi itu seharusnya menunjukkan persatuan nasional tetapi telah berubah menjadi protes untuk menyebarkan Islamofobia dan kebencian terhadap umat Islam,” tulis Komite Melawan Islamophobia (CCIF) di Perancis. “Kehadiran Netanyahu dan Lieberman mewakili apa yang seharusnya dicela oleh acara itu: mereka adalah rasis, memusuhi Arab, orang kulit hitam, kaum Muslim, dan mereka bertanggung jawab atas kematian puluhan ribu warga Palestina “.
CCIF itu menambahkan, “Penyelenggara demonstrasi tidak kecuali [politisi sayap kanan Perancis] Marine Le Pen karena pernyataannya yang kontroversial dan karena partainya memiliki kebijakan xenophobia, tetapi mengapa mereka bertindak secara berbeda mengenai dua orang penjahat ini?”
Organisasi itu juga menuduh Charlie Hebdo menyebarkan Islamofobia, dengan mengatakan, “Mereka membela orang-orang yang memiliki kekuatan” dan “membenarkan hanya untuk menyerang umat Islam yang lemah.” (haaretz.com, 12/1/2015)