HTI Press. Kalah argumen dengan delegasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), perwakilan Duta Besar Perancis gelagapan; terdiam sejenak, senyum kecut, salah tingkah, Selasa (20/1) di Kedutaan Besar Perancis, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat.
Setelah memperkenalkan diri bahwa Hizbut Tahrir adalah partai politik Islam yang memperjuangkan tegaknya kembali khilafah yang menerapkan syariat Islam kaffah, Wakil Juru Bicara HTI Farid Wadjdi menyatakan kecamannya terhadap majalah Charlie Hebdo dan Pemerintah Perancis yang membiarkan majalah satir tersebut memuat ulang kartun penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW.
“Itu merupakan tindakan keras kepala yang tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi justru akan menimbulkan gejolak bukan hanya di Perancis tetapi di seluruh dunia!” kecam Farid.
Tolong bedakan, lanjut Farid, antara kebebasan dengan penghinaan. “Islam tidak anti kritik, silakan saja mengeritik Islam, tetapi bila Anda menghina, justru itu telah keluar dari esensi perkara yang akan dikritik.”
Farid juga menyatakan kebebasan yang diagung-agungkan Perancis hanyalah omong kosong belaka buktinya Muslimah di sana dilarang mengenakan burkha dan orang yang mempertanyakan kebenaran Holocaust dituduh anti Semit, ditangkap dan dipenjarakan.
“Saya tidak ingin membahas masalah kebebasan di sini karena kita memiliki sudut pandang yang berbeda,” ujar Sekretaris Pertama Duta Besar Perancis Jean-Louis Bertrand ngeles.
Jean Louis pun berjanji akan menyerahkan pernyataan sikap tertulis kecaman HTI terhadap Charlie Hebdo dan Pemerintah Perancis terkait penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW tersebut.
Kemudian, Ketua DPP HTI Rokhmat S Labib menyatakan pemerintah Perancis harus menghukum kru majalah satir tersebut bukan malah membiarkan penghinaan Nabi Muhammad SAW terus terjadi berulang-ulang. “Sikap pembiaran itu menambah panjang daftar kejahatan Perancis!” tegas Rokhmat.
Kejahatan tersebut, di antaranya membantai ribuan kaum Muslimin di Tunisia, Maroko, Aljazair dan Afrika Tengah.
Padahal, timpal Farid, ketika Khilafah Utsmani masih berdiri, Khalifah Sulaiman Al Qanuni langsung menolong Perancis ketika Raja Perancis meminta pertolongan untuk melawan Raja Austria.
Dalam kesempatan itu, Rokhmat juga mengajak Jean-Louis masuk Islam. “Pelajari Islam dengan baik, karena Islam adalah agama yang benar. Bila Anda masuk Islam maka semua dosa Anda yang lalu Allah hapuskan.”
Gelagapan
Kegelisahan nampak dari gerak tubuh Jean-Louis yang berusaha menenangkan diri dengan tersenyum sembari menyatakan harus dibedakan antara teroris dengan Islam. “Seperti Katholik, Yahudi dan lainnya, Islam di Perancis merupakan agama yang dihormati. Para pemeluk Islam di sana adalah warga negara Perancis yang kami lindungi,” ungkapnya asal bunyi.
Lalu dengan tegas Farid pun menyanggah. “Bentuk penghormatan seperti apa yang diberikan Perancis sementara Rasul kami yang mulia kalian hinakan?”
Mendengar pernyataan yang menohok hati kecilnya, Jean-Louis pun gelagapan; terdiam sejenak, senyum kecut, salah tingkah. Tak berusaha menunggu jawaban secara lisan dari Jean-Lous, delegasi pun pamit keluar karena harus segera shalat Ashar.
Di luar sekitar seribu massa HTI menanti dengan setia meski hujan terus menerpa. Mereka tetap mengacung-acungkan poster pembelaan terhadap Nabi Muhammad SAW dan kecaman terhadap para penghina Baginda Rasulullah SAW. Sebelumnya, massa longmarch dari Patung Kuda Silang Monas menuju Kedutaan Perancis.[] Joko Prasetyo