Remaja, Ayo Move On, Jangan Mau Jadi Bebek
HTI Press. Yogyakarta, 28 Desember 2014. Menjadi remaja di era seperti saat ini sungguh tak mudah. Permasalahan yang makin menggunung, mulai dari krisis percaya diri, bursa seks, tindak kriminal, tawuran, narkoba sampai masalah kesenjangan sosial yang makin tinggi kian lama menimbulkan permasalahan-permasalahan baru lainnya. Tak heran kondisi yang cukup mengkhawatirkan ini semakin nyata dijumpai pada kaum remaja, karena dalam aspek psikisnya mereka sedang mengalami masa ”pancaroba” memiliki potensi untuk mengadopsi apapun yang mereka temui, lihat dan dengar dalam pergaulan sebaya, terlepas dari benar tidaknya tindakan tersebut.
Prihatin akan kondisi ini, Lajnah Khusus Sekolah Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DIY menyelenggarakan Diskusi Remaja dengan tema “It’s Time to Change, It’s Time to Move, Move ON!” di Aula lantai 1 masjid Diponegoro, Kompleks Balaikota Yogyakarta.
”Agama sebagai pondasi seseorang, saat ini kian terabaikan fungsinya. Pelajaran agama yang didapat dari lembaga-lembaga pendidikan terkadang hanya dijadikan sebagai ilmu ”teori” semata tanpa implementasi dalam kehidupan. Sehingga berbagai permasalahan remaja yang berkaitan dengan perilaku yang buruk tidak dapat dihindarkan, karena agama tidak lagi dijadikan sebagai filter. Inilah yang menggerakkan kami menyelenggarakan acara ini,” tutur Noor Jannatun Ratnawati, S.Kom.I selaku ketua panitia.
Di awal acara, sekitar 100 remaja puteri muslimah yang hadir dari berbagai kabupaten di DIY, dilibatkan dalam diskusi aktif secara berkelompok dan memberikan presentasinya satu-persatu. Tanpa disangka, banyak cerita yang muncul dari hasil diskusi ini, terutama mengenai fakta rusaknya pergaulan yang mereka saksikan dalam pergaulan sehari-hari, bahkan diantara teman-teman mereka sendiri.
Sebagai pengunci diskusi, disampaikan materi yang memberikan gambaran kepada para peserta untuk mengenal lebih jauh mengenai jatidirinya sebagai remaja.
”Remaja itu istimewa, banyak potensi dan kelebihan dibanding usia selainnya. Setidaknya remaja memiliki kelebihan dalam hal : waktu, fisik/ tenaga, usia, dan status yang masih single,’ papar ustadzah Lily Witrianingsih, SEI., pengamat remaja sekaligus aktivis MHTI DIY selaku narasumber.
Ketika potensi-potensi remaja itu diabaikan dan hanya dihabiskan untuk aktifitas yang sia-sia bahkan untuk kemaksiatan, maka di situlah letak kesalahannya. Remaja sebagai generasi penerus harus berubah dan melakukan perubahan dengan memaksimalkan potensi yang mereka miliki dengan menjadi generasi hebat. Bukan generasi pembebek. Selanjutnya pemateri mengajak peserta untuk lebih dalam mengkaji islam dan taat kepada islam secara totalitas, kemudian menjadi pemain utama yang turut melakukan perubahan dengan mendakwahkan islam di tengah-tengah masyarakat, khususnya remaja.