Turki dan Amerika Serikat, pada hari Kamis (19/2), di Ankara menandatangani kesepakatan yang telah dilakukan dua hari lalu, untuk melatih dan menyiapkan oposisi moderat Suriah di wilayah Turki.
Menteri Luar Negeri Turki, Davutoglu, dalam konferensi pers bersama dengan rekannya dari Kosovo, Hashim Thaci yang digelar di Ankara mengatakan tentang penandatanganan perjanjian, bahwa para tentara yang akan dilatih di negerinya adalah hasil kerjasama dengan Amerika Serikat yang akan melawan rezim Suriah, dan “organisasi-organisasi teroris”, seperti organisasi negara Islam.
Jawish Ihsanoglu melihat bahwa organisasi negara Islam (ISIS) memamerkan pembunuhan para korbannya di depan mata dunia. Sementara di sisi lain, rezim Bashar al-Assad terus membantai ratusan rakyat Suriah setiap harinya.
Seorang juru bicara Kedutaan Besar AS menegaskan adanya penandatanganan perjanjian yang mengakhiri berbulan-bulan perundingan sulit antara kedua sekutu dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), tentang pelatihan untuk oposisi Suriah, dan tentang musuh yang harus menjadi fokus utamanya.
Dua hari lalu, Jennifer Sacchi, juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa Turki setuju untuk menjadi salah satu negara tuan rumah di kawasan itu, terkait program pelatihan bagi pasukan oposisi moderat Suriah, dan penyediaan peralatannya.
Sementara itu, juru bicara Departemen Pertahanan AS John Kirby, pada hari Rabu (18/2) mengatakan bahwa sejauh ini kementerian telah menetapkan 1.200 pasukan oposisi Suriah yang dapat menjalani pelatihan dalam rangka pembentukan kekuatan guna melawan organisasi negara Islam (ISIS). Namun mereka akan diverifikasi terlebih dahulu.
Kirby menambahkan bahwa beberapa dari mereka itu akan dilatih untuk menjadi mentor pesawat tempur yang menargetkan pusat-pusat organisasi negara Islam (ISIS) , yang sedang menguasai bagian utara dan timur Suriah. Namun demikian, ia menegaskan bahwa untuk tahap pertama pelatihan adalah tentang dasar-dasar pertempuran.
Departemen Pertahanan ingin memulai program pada akhir Maret mendatang. Sehingga dengan demikian memungkinkan bagi garis depan pasukan oposisi yang telah dilatih siap bertempur pada akhir tahun.
Selain Turki, Arab Saudi dan Qatar telah setuju untuk menjadi tuan rumah pusat pelatihan pasukan oposisi Suriah. Bahkan mereka juga menawarkan untuk menyediakan para pelatih. Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya menargetkan untuk melatih lebih dari lima ribu pasukan oposisi Suriah selama tahun pertama. (aljazeera.net, 20/2/2015).