Membangun Tangerang Selatan Cerdas, Modern, dan Religius Menuju Masyarakat Sejahtera Bermartabat
HTI Press. Tangerang Selatan, 17/02/15. Cerdas, Modern dan Religius adalah motto kota Tangerang Selatan. Tentunya ada harapan bahwa karakteristik ini menjadi identitas Kota yang berada di Barat Daya Jakarta ini.
Sebagai partai politik yang bertujuan untuk melanjutkan kehidupan Islam, Hizbut Tahrir juga ingin identitas itu dibalut dengan nafas Islam. Oleh karenanya MHTI di Tangerang Selatan mengadakan diskusi terbatas yang berjudul “Bersama, Membangun Tangerang Selatan Cerdas, Modern, dan Religius Menuju Masyarakat Sejahtera Bermartabat”. Acara ini diselenggarakan pada Selasa, 17 Februari 2015 di Djoglo Ageng, Ciputat.
Pembicara dalam diskusi ini adalah Syurthoh Rasyidah Siregar, S.T. (Anggota MHTI) dan Febrianti Abassuni, M.Si (Dosen UIN Syarif Jakarta) serta pembicara tamu Hj. Annisah (Staf Administrasi Pemda Tangsel).
Syurthoh Rasyidah memaparkan bahwa Islam memiliki sistem kenegaraan yang unik bernama Khilafah. Sistem khilafah yang berbeda dengan negara demokrasi ini memiliki berbagai perangkat aturan untuk membuat sebuah negara menjadi sejahtera, cerdas, modern dan tentunya relijus sesuai dengan syariat Islam.
Pada sesi kedua, Hj. Annisah menjelaskan asal muasal lahirnya kota Tangerang Selatan pada tahun 2008. Annisah juga memaparkan berbagai kebijakan yang telah dilakukan oleh ibu walikota Airin Rachmi Diany untuk memajukan kota Tangerang Selatan. Misalnya, menutup tempat pelacuran, menghapuskan uang bangunan SMA Negeri, dan memperbaiki kualitas puskesmas sehingga bisa melayani rawat inap.
Pembicara terakhir, Febrianti memaparkan salah satu masalah serius yang sedang dihadapi oleh Tangerang Selatan, yaitu rendahnya tingkat partisipasi pendidikan. Angka partisipasi murni SMP pada 2013 hanya 73%. Ini artinya 27% anak tidak mencicipi pendidikan tingkat menengah. Angka yang menyedihkan ini berdampak pada kualitas tenaga kerja di usia produktif. Penyebab rendahnya angka partisipasi ini adalah kurangnya ketersediaan sekolah negeri yang gratis sehingga penduduk miskin tidak bisa sekolah.
Tidak hanya memaparkan permasalahan, Febriyanti juga memaparkan solusinya. Akar permasalahan ini adalah abainya pemerintah pusat terhadap kebutuhan daerah dan tidak diserahkannya harta milik umum untuk dikelola negara. Islam mewajibkan negara berperan sebagai pelaku ekonomi dan mengelola harta milik umum (SDA) untuk kepentingan ummat, bukan perusahaan asing.
Dua puluh peserta yang hadir menunjukkan ekspresi miris dengan kenyataan pahit ini. Mereka adalah tokoh yang berasal dari berbagai latar belakang, seperti politikus, intelektual, pemerhati anak, tokoh masyarakat, dan dinas kota Tangsel.
Pada sesi diskusi tiga orang peserta ikut bertanya dan memberikan tambahan fakta kerusakan di Tangerang Selatan yang mereka saksikan sendiri.